Tuesday, September 11, 2007

Kepemilikan Asing di SBI Naik Lagi


BI Pertahankan Inflasi Tetap Rendah

Bogor, Kompas - Kepemilikan asing pada instrumen portofolio berdenominasi rupiah kembali naik setelah sempat jatuh cukup dalam saat gejolak pasar keuangan global mulai mendera. Itu terjadi antara lain karena peran bank sentral yang mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 8,25 persen.

"Asing mulai kembali membeli aset-aset rupiah," kata Direktur Perencanaan Strategis dan Humas Bank Indonesia (BI) Budi Mulya saat mendampingi Deputi Gubernur BI Budi Rochadi meletakkan batu pertama pembangunan rumah kreatif BI di Desa Cipelang, Cijeruk, Jumat (7/9) di Bogor.

Budi menjelaskan, pada pertengahan Juli 2007, kepemilikan investor asing pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) cukup besar, mencapai Rp 29,9 triliun.

Namun, gejolak di pasar surat utang berbasis kredit perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage) di AS, yang terjadi kemudian, mengguncang pasar keuangan global termasuk Indonesia. Dampaknya, banyak Investor asing yang mengalihkan aset rupiahnya ke dollar AS. Aset rupiah itu antara lain SBI, Surat Utang Negara (SUN), dan saham.

Alhasil, lanjut Budi, capital outflow yang terjadi menyebabkan kepemilikan asing di SBI pada minggu ketiga Agustus 2007 turun drastis menjadi Rp 12 triliun, atau 4,5 persen dari total SBI.

Pada akhir Agustus, kepemilikan asing pada SBI mulai naik menjadi Rp 17,4 triliun. Sejak itu, kepemilikan asing terus meningkat hingga Rp 21,14 triliun pada akhir pekan pertama September, atau 7,7 persen dari total SBI senilai Rp 271,6 triliun.

Kondisi serupa juga terjadi pada transaksi SUN. Pada pertengahan Juli 2007, kepemilikan asing Rp 78,4 triliun, lalu turun menjadi Rp 70,3 triliun pada minggu ketiga Juli.

Selanjutnya naik kembali menjadi Rp 72 triliun pada akhir Agustus dan terakhir menjadi Rp 73,3 triliun. Pada saham, pembelian bersih investor asing selama bulan Agustus sebesar Rp 5,2 triliun.

Masih menarik

Menurut Budi, terdapat sejumlah faktor yang mendorong masuknya kembali investor asing pada instrumen keuangan domestik. Pertama, imbal hasil yang ditawarkan aset-aset rupiah masih menarik seiring langkah BI mempertahankan BI Rate di level 8,25 persen.

Kedua, investor asing memandang kondisi makroekonomi Indonesia ke depan tetap baik dan stabil meskipun saat ini tekanan inflasi cenderung meningkat.

Di Surabaya, Gubernur BI Burhanuddin Abdullah menyatakan, BI akan berusaha mempertahankan stabilitas laju inflasi tetap berada pada nilai yang sangat rendah untuk menjaga kestabilan suku bunga acuan. (faj/nik)

No comments: