Saturday, September 22, 2007

Prediksi ADB


Ekonomi Asia 2007 Tumbuh Tinggi

Jakarta, Kompas - Bank Pembangunan Asia merevisi prediksinya terhadap pertumbuhan Asia selama tahun 2007 dari 7,6 persen menjadi 8,3 persen.

Revisi tersebut dilakukan karena melihat pertumbuhan ekonomi Asia yang tinggi pada semester I-2007, terutama China dan India yang berkontribusi sebanyak 55,3 persen terhadap keseluruhan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Asia.

Dalam laporan yang diluncurkan kemarin, yakni Asian Development Outlook 2007 Update, disebutkan laju pertumbuhan PDB China pada semester I-2007 merupakan yang tercepat dalam 13 tahun terakhir. Sementara bagi India, pertumbuhan ekonomi pada periode itu merupakan yang terkuat dalam 18 tahun terakhir.

"Pertahanan negara-negara berkembang di Asia cukup kuat melawan pengaruh eksternal kawasan, termasuk menghadapi pengaruh dari melambatnya perekonomian Amerika Serikat (AS). Namun, keberlanjutan pertumbuhan yang kuat ini akan sangat bergantung pada masing-masing negara dalam menghadapi tantangan domestiknya," kata Chief Economist Asian Development Bank (ADB) yang berdomisili di Manila, Ifzal Ali.

Dalam laporan tersebut, pada tahun 2008 kondisinya lebih tidak pasti karena dampak pasar finansial global dan juga kesehatan ekonomi AS. Dengan demikian, pertumbuhan Asia tahun 2008 diperkirakan tidak sekuat 2007, hanya di 8,2 persen.

Tantangan ke depan masih berkisar soal dampak melambatnya perekonomian AS. Masalah flu burung, geopolitik, dan risiko keamanan juga masih menjadi tantangan bagi negara-negara Asia. Sementara di beberapa negara, ketidakpastian politik akan menjadi risiko tambahan bagi penurunan pertumbuhan ekonomi.

Untuk Asia Timur, diperkirakan bertumbuh 8,9 persen. China sebagai motor kawasan diperkirakan tumbuh 11,2 persen, terutama didorong ekspor, investasi besar, dan tingginya konsumsi domestik.

Di Asia Selatan yang dalam beberapa tahun terakhir perekonomiannya terus berkonsolidasi, diharapkan bisa tumbuh 8,1 persen pada 2007. Potensi pertumbuhan yang stabil terlihat di negara-negara seperti Banglades, India, dan Pakistan. Berdasarkan perkiraan ADB, India akan tumbuh 8,5 persen pada 2007 dan 2008.

Sementara itu, di Asia Tenggara, secara keseluruhan diharapkan bisa bertumbuh 6,1 persen pada 2007. Sektor swasta yang lebih dinamis akan membantu Vietnam tumbuh di level 8,3 persen pada 2007, dan Filipina diperkirakan tumbuh 6,6 persen, setelah negara tersebut membukukan pertumbuhan semester I-2007 yang merupakan angka tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

Indonesia tumbuh 6,2 persen

Dalam laporan ADB tersebut dinyatakan, konsumsi swasta dan investasi di Indonesia selama paruh pertama 2007 menunjukkan penguatan. Hal ini diperkirakan masih akan bertahan di semester II. Selain itu, peningkatan ekspor yang kuat akan membawa Indonesia bertumbuh 6,2 persen tahun ini.

Meskipun telah direvisi ke atas oleh ADB, angka 6,2 persen tersebut masih di bawah target pertumbuhan oleh pemerintah sebesar 6,3 persen.

Apa yang menjadi pendorong tingginya konsumsi swasta adalah rendahnya tingkat inflasi serta suku bunga yang cenderung menurun. Angka konsumsi swasta langsung melonjak 4,7 persen pada semester I-2007, padahal untuk semester II-2006 hanya tumbuh 1,3 persen.

Laporan tersebut juga menyatakan, pemerintah telah melakukan beberapa upaya mendorong pertumbuhan investasi, namun reformasi yang jauh lebih berarti dibutuhkan, terutama dalam hal implementasi berbagai kebijakan yang telah disetujui.

Menanggapi laporan ADB tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, pemerintah tetap optimistis mencapai target pertumbuhan 6,3 persen pada 2007. Optimisme itu muncul karena aktivitas ekonomi dan penerimaan pemerintah, terutama perpajakan, yang dilaporkan bagus hingga bulan lalu.

"Namun, saya selalu mengatakan perlu tambahan usaha yang cukup besar untuk mencapai pertumbuhan di atas enam persen. Itu karena pada tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi sudah cukup tinggi, terutama di triwulan III dan IV," katanya.

Secara terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu menyebutkan, realisasi pertumbuhan hingga Agustus 2007 mencapai 6,1 persen. Angka tersebut bisa meningkat karena ada dorongan sektor konsumsi yang makin menguat. Hal itu ditandai dengan meningkatnya penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dalam negeri dan impor.

"Penerimaan cukai juga makin kuat. Itu semua menandakan faktor konsumsi akan semakin kuat mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.

Sementara di sektor riil, ujar Anggito, impor bahan modal juga meningkat. Hal itu menandakan keyakinan berinvestasi yang semakin meninggi di triwulan III sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di akhir tahun. (TAV/OIN)

No comments: