Saturday, September 22, 2007

Pasar Keuangan


Eforia Sambut Keputusan The Fed

Jakarta, Kompas - Investor saham di berbagai belahan bumi, Rabu (19/9), seolah kembali mengantongi optimisme dan eforia memborong saham sehingga mendongkrak harga saham yang telah tertekan berbulan-bulan, setelah Bank Sentral AS memangkas tingkat suku bunganya. Langkah itu diharapkan mengangkat perekonomian AS dari keterpurukan.

Di tengah eforia "kebijakan The Fed", kekhawatiran muncul dari inflasi dan harga minyak yang kembali melonjak hingga mencapai rekor baru 82,51 dollar AS per barrel. Laporan terakhir menyebutkan, cadangan minyak AS anjlok. Padahal, pelaku pasar yakin pemangkasan suku bunga dapat membantu mendorong penguatan permintaan minyak di AS, yang merupakan konsumen terbesar.

Dalam perkembangan lain, nilai tukar dollar AS terus terpuruk mencapai rekor barunya terhadap mata uang tunggal Eropa, euro. Euro ditransaksikan senilai 1,3987 dollar AS.

Bank Sentral AS yang dikenal dengan The Fed, Selasa, memangkas tingkat suku bunga utamanya (federal funds rate) 50 basis poin menjadi 4,75 persen. Pada saat yang sama, mereka juga memotong suku bunga diskonto sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen.

Federal funds rate merupakan suku bunga yang dikenakan bank-bank dalam pinjam-meminjam dana. Suku bunga diskonto merupakan suku bunga yang dikenakan bank sentral kepada bank yang meminjam dana dari bank sentral.

Langkah pemotongan suku bunga itu dilakukan Bank Sentral AS sebagai upaya keluar dari kesulitan perbankan, tekanan pasar kredit dan perumahan yang mengancam perekonomian terbesar dunia tersebut.

Sejak Juli lalu, sistem perbankan AS terguncang akibat kredit macet secara massal di sektor perumahan, yang kemudian merembet ke pasar surat berharga berbasis kredit perumahan, dan membuat sejumlah perusahaan pengelola dana yang berinvestasi pada surat berharga tersebut mengalami kebangkrutan.

Kesulitan keuangan juga dialami sejumlah bank dan perusahaan investasi di Eropa, Australia, dan Asia, yang menanamkan dananya pada surat berharga milik perusahaan AS tersebut. Kondisi itu memaksa bank-bank sentral mengguyurkan dana ratusan miliar dollar AS ke perbankan untuk mengatasi kesulitan likuiditas (dana) yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda ekonomi.

Pemangkasan suku bunga utama The Fed itu merupakan yang pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.

Penguatan tertinggi

Pemangkasan suku bunga di sektor perbankan umumnya disambut baik investor saham karena akan menggairahkan pasar saham. Turunnya suku bunga berarti turunnya potensi pendapatan investasi yang ditanamkan di perbankan sehingga dana investasi sebagian dialihkan ke pasar saham.

Penguatan indeks di beberapa bursa bahkan mencatat rekor sebagai kenaikan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Indeks saham di bursa Wall Street AS sendiri langsung menguat setelah pengumuman The Fed keluar. Indeks saham industri Dow Jones pada Selasa melonjak 2,51 persen. Ini merupakan kenaikan harian tertinggi sejak 2003. Pada pembukaan perdagangan Rabu pagi waktu setempat, indeks Dow Jones kembali menguat karena investor mengharapkan laporan tingkat inflasi yang rendah.

Bursa saham Asia dan Eropa juga mengikuti penguatan di Wall Street walaupun masih ada pertanyaan yang menggantung, apakah kenaikan harga saham ini akan menghapuskan berita buruk seputar krisis efek beragun aset kredit perumahan di AS.

Indeks di Bursa Efek Jakarta naik 3,3 persen menjadi 2.313. Nilai transaksi perdagangan cukup tinggi, Rp 7,2 triliun. Indeks Nikkei di Tokyo naik 3,7 persen. Ini juga merupakan kenaikan tertinggi harian dalam lima tahun terakhir. Sebaliknya, indeks saham bursa China turun sebesar 0,55 persen karena investor di sana mengambil untung.

"Keputusan Fed disambut baik pasar dan menghapuskan sedikit ketidakpastian terhadap perekonomian AS dan pasar kredit," kata Yumi Nishimura, penasihat investasi pada Daiwa Securities.

Akan tetapi, bank sentral Jepang belum langsung mengikuti jejak AS dan tetap menjaga tingkat suku bunganya seperti yang diharapkan. Bank of Japan sebelumnya telah berancang-ancang menaikkan tingkat suku bunganya, tetapi Gubernur Bank of Japan Toshihiko Fukui mengatakan, ketidakpastian pada perekonomian dunia menguat setelah The Fed menyatakan masalah perumahan dan pasar kredit dapat menurunkan pertumbuhan AS. Karena masalah kredit itu, para pelaku pasar tidak mengharapkan kenaikan tingkat suku bunga Jepang hingga akhir tahun atau awal tahun depan.

"Tidak perlu dilakukan perubahan untuk menyesuaikan tingkat suku bunga jika arah perekonomian sudah sejalan dengan skenario kita," ujar Fukui.

Tidak instan

Pada jangka waktu pendek, pemotongan tingkat suku bunga penting untuk mendukung kenaikan secara psikologis. "Pemangkasan tingkat suku bunga tidak menyembuhkan pasar finansial, tetapi dapat membantu proses perbaikan," ujar Ken Mayland, ekonom dari ClearView Economics.

"Pemotongan sebesar 0,5 persen tidak serta-merta membuat pasar perumahan menjadi mendadak baik," kata Greg McBride, analis keuangan pada Bankrate.com.

"The Fed telah membuat kebijakan yang tepat, membantu memperbaiki kepercayaan di pasar finansial di seluruh dunia. Hal itu akan membuat fluktuasi di pasar saham terhenti sementara," kata Mike Lenhoff dari Brewin Dolphin. (AFP/AP/joe)

No comments: