Monday, April 7, 2008

KERTAS KORAN

Kenaikan Harga Mengancam 622 Usaha Media Cetak
Senin, 7 April 2008 | 01:26 WIB

Jakarta, Kompas - Tren kenaikan harga kertas yang sudah berlangsung empat bulan terakhir berpotensi mengancam kesinambungan sedikitnya 622 media cetak di seluruh Indonesia.

Walaupun sebagian besar tidak memiliki oplah di atas 50.000 eksemplar per hari, peranannya dalam menyampaikan informasi untuk masyarakat tetap penting.

”Yang paling terkena koran yang belum sehat secara bisnis. Ini akhirnya bisa berdampak pada pembaca di daerah. Ini yang perlu diperhatikan,” kata Ketua Tim Kertas Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) Pusat Sabam Leo Batubara di Jakarta, pekan lalu.

Berdasarkan survei SPS Pusat tahun 2007, ada 889 media cetak yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagian besar merupakan koran daerah yang terbit di tingkat kabupaten/kota dan provinsi.

Hanya 267 koran yang dinilai sehat secara bisnis karena memiliki tiras yang stabil dan penetrasi pasar yang baik. Adapun sisanya belum sehat secara bisnis.

Kenaikan harga kertas koran sebesar 95 dollar AS per ton dari 705 dollar AS per ton pada kuartal I-2008 menjadi 800 dollar AS per ton mulai 1 April sangat memberatkan industri media cetak. Berdasarkan data yang dikumpulkan SPS Pusat sampai Jumat (4/4), harga kertas koran di Semarang sudah naik dari Rp 7.000 per kilogram menjadi Rp 8.200 per kg.

Di Banjarmasin, harga kertas koran naik dari Rp 6.500 per kg jadi Rp 8.000 per kg, di Lombok dari Rp 5.072 per kg jadi Rp 6.085 per kg, dan di Medan dari Rp 7.900 per kg jadi Rp 8.900 per kg.

Koran daerah mengeluh

Direktur Eksekutif SPS Pusat Asmono Wikan mengatakan, para penerbit koran daerah sudah mulai mengeluhkan kenaikan harga kertas koran yang sangat tajam tersebut.

Karena itu, para penerbit berharap segera ada solusi dari persoalan ini. Salah satu solusi yang bisa segera diterapkan adalah penerbit mulai menggunakan kertas ukuran 45 gram atau 43 gram untuk menggantikan kertas 48 gram yang naik tajam.

Menurut Asmono, pemakaian kertas koran yang lebih ringan bisa menurunkan ongkos produksi. Namun, koran yang memakai kertas 45 gram memiliki kendala kualitas cetak, terutama foto dan iklan. Kondisi ini yang menjadi salah satu pertimbangan penerbit dalam menetapkan kertas koran yang akan dipakai.

”Ini problem serius. Namun, tren di luar negeri sekarang memang media cetak menggunakan kertas yang lebih tipis karena harga kertas 48 gram yang terus naik,” ujar Asmono. (ham)

No comments: