Tuesday, April 15, 2008

Pertumbuhan

Kesenjangan Ekonomi Antardaerah Meningkat
Selasa, 15 April 2008 | 01:17 WIB

Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah menyebut tahun 2007 sebagai tahun pencapaian. Untuk pertama kalinya sejak krisis 1997, perekonomian Indonesia tumbuh di atas 6 persen, yaitu 6,32 persen.

Tahun 2007 juga menandai mulai bergerak dan bersinerginya dua mesin ekonomi sekaligus, yakni mesin stabilitas dan pertumbuhan. Mesin sektor keuangan dan sektor riil. Pada tahun sebelumnya, mesin pertumbuhan atau sektor riil tidak bergerak semestinya alias lambat.

Sayangnya, kualitas pertumbuhan ekonomi 2007 belum juga membaik. Pertumbuhan ekonomi belum mencerminkan keadilan dan pemerataan. Masih banyak orang miskin yang tak tersentuh pembangunan.

Bahkan, kesenjangan pertumbuhan ekonomi antarprovinsi membesar. Standar deviasinya mencapai 1,8 persen, lebih tinggi ketimbang tahun 2006 yang sebesar 1,7 persen (Laporan Perekonomian Indonesia 2007).

BI melaporkan, perekonomian nasional masih menghadapi permasalahan, antara lain perbedaan pertumbuhan ekonomi antardaerah dan meningkatnya jumlah kota yang mengalami inflasi di atas inflasi nasional.

Kedua permasalahan itulah yang menyebabkan perbedaan peningkatan kualitas ekonomi daerah. Perbedaan terutama terjadi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua dengan Sumatera.

Beberapa provinsi di wilayah itu mengalami pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) yang relatif jauh di bawah pertumbuhan nasional.

Bahkan, beberapa daerah yang termasuk dengan kategori kaya sumber daya alam (SDA) mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari pertumbuhan nasional, seperti NAD, Riau, dan Kaltim.

Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan di beberapa daerah relatif rendah antara lain keterbatasan infrastruktur, aturan daerah yang kurang menarik minat investasi, dan bertumpunya ekonomi daerah pada sektor primer tertentu, misal pertambangan.

Di sisi inflasi, sebagian besar kota di Indonesia menghadapi inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional.

Dalam empat tahun terakhir terdapat 34 kota yang mengalami inflasi di atas inflasi nasional. Tingginya inflasi di kota-kota itu terutama berasal dari kenaikan harga bahan makanan, produk jadi, dan perumahan.

Faktor yang menyebabkan tingginya inflasi di daerah-daerah itu karena pengaruh gangguan pasokan barang.

Ekonom BNI, Tony Prasetiantono, menjelaskan, disparitas pertumbuhan antardaerah terjadi karena perbedaan potensi, terutama terkait produk primer.

”Provinsi yang memiliki produk primer, seperti perkebunan dan pertambangan, tumbuh lebih cepat,” kata Tony.

Namun, kata Tony, lonjakan pertumbuhan seperti itu hanya bersifat temporer dan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang akan terjadi koreksi ketika harga produk-produk primer itu mulai terkoreksi ke level yang lebih normal.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Sandiaga Uno mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan yang lebih adil dan merata, pemerintah perlu menggenjot pembangunan infrastruktur di daerah dan keberpihakan terhadap usaha mikro dan kecil. (FAJ)

1 comment:

Mr. Bingung said...

Mas, hati2 kalau buat fakta ....

Asal anda tahu, pertumbuhan ekonomi PROVINSI RIAU pada tahun 2007 yang lalu adlah sebesar 8.1% (dan angka itu jauh di atas angka nasional yang hanya 6.3%) ...

Silahkan cari sendiri di website berita lokal RIAU (RIAUTERKINI, RIAUTODAY, RIAUINFO, RIAUPOS, atau RIAUNEWS) :)