Monday, November 19, 2007

Penerimaan Minyak Terancam



Pengangkatan Minyak Turun Menjadi 910.000 Barrel Per Hari

Jakarta, Kompas - Jumlah minyak bumi yang dapat diangkat atau lifting diperkirakan di bawah target APBN Perubahan 2007 sebesar 950.000 barrel per hari. Penurunan itu disebabkan rendahnya produksi di beberapa sumur utama. Akibatnya, penerimaan negara dari minyak berpotensi turun hingga Rp 8 triliun.

Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Kardaya Warnika, Senin (12/11) di Jakarta, menyebutkan, produksi minyak rata-rata pada tahun 2007 diperkirakan hanya 960.000 barrel per hari.

Untuk menghitung pengangkatan, jumlah produksi itu dikurangi pemakaian minyak untuk keperluan sendiri yang berjumlah 50.000 barrel per hari. Target pengangkatan pada APBN-P 2007 adalah 950.000 barrel per hari, sedangkan target pada APBN 2007 sebesar 1 juta barrel per hari.

"Namun, dengan memperhitungkan produksi gas dan hasil tambang lainnya, penerimaan minyak dan gas tidak turun," ujar Kardaya sesudah berbicara dalam rapat dengar pendapat dengan Panitia Ad Hoc II dan IV Dewan Perwakilan Daerah.

Pengangkatan minyak bumi merupakan faktor utama yang digunakan pemerintah pusat, daerah, dan kontraktor kontrak kerja sama migas untuk memperhitungkan bagi hasil.

Realisasi pengangkatan yang kurang 4 persen dari target APBN-P itu disebabkan melesetnya produksi sejumlah perusahaan migas.

Produksi ConocoPhillips turun hampir 20.000 barrel per hari dari normalnya sebesar 40.000 barrel per hari karena fasilitas pengolah merkuri di lapangan minyak Belanak mengalami kerusakan.

Harga minyak dunia

PT Pertamina juga gagal memenuhi target produksi lewat lapangan Pondok Tengah. Lapangan minyak itu hanya bisa menghasilkan 4.000 barrel per hari dari target 16.000 barrel per hari. Kondisi serupa dialami Badan Operasi Bersama Pertamina Bumi Siak Pusako yang juga tidak bisa memenuhi target.

Direktur InterCafe Institut Pertanian Bogor Iman Sugema mengatakan, jika pengangkatan minyak turun dari 950.000 barrel ke 910.000 barrel per hari, itu artinya ada kegagalan produksi sebesar 40.000 barrel hari.

Dengan memperhitungkan nilai penjualan, setiap 1.000 barrel minyak laku Rp 200 miliar, maka penerimaan negara yang hilang mencapai Rp 8 triliun.

Harga minyak di perdagangan internasional kemarin menurun menyusul ekspektasi pasar atas kemungkinan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak menambah produksi mereka.

Harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Desember turun 1,23 dollar AS per barrel menjadi 95,09 dollar AS per barrel, sedangkan harga minyak jenis Brent turun jadi 92,16 dollar AS per barrel. (OIN/DOT)

No comments: