Friday, November 23, 2007

Waspadai Dampak Krisis Harga Minyak ke Inflasi


Depkeu Siap Bayar Lunas Semua Kebutuhan Subsidi BBM 2007

Jakarta, Kompas - Dampak lonjakan harga minyak di pasar dunia atas kenaikan laju inflasi di Indonesia segera menjadi kenyataan. Itu disebabkan lonjakan harga minyak akan mendorong harga bahan bakar minyak industri domestik. Pada saat bersamaan harga komoditas juga akan terdorong naik. Akibatnya, inflasi pun melaju lebih cepat akibat kenaikan ongkos produksi.

"Kenaikan harga BBM industri akan mengakibatkan cost push inflation atau inflasi yang didorong kenaikan ongkos produksi. Harga minyak akan menyeret kenaikan harga komoditas primer sehingga harga domestik naik," ujar pengamat moneter Iman Sugema di Jakarta, Kamis (22/11).

Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo menyebutkan, setiap kenaikan harga BBM industri 10 persen berkontribusi terhadap inflasi sekitar 0,2-0,3 persen. Kontribusi ini akan menjadi kenyataan dalam 2-3 bulan ke depan. "Itu tergantung pemerintah dalam menentukan kenaikan harga BBM industri," katanya.

Belum lama ini pemerintah menetapkan mekanisme baru perhitungan harga BBM industri berupa kenaikan harga dalam dua minggu sekali. Itu dilakukan sebagai penyesuaian terhadap fluktuasi harga minyak mentah di pasar dunia.

"Kenaikan itu semata-mata gradualisasi atau kenaikan bertahap. Terlebih dahulu diumumkan pemerintah kepada publik, agar memberi ruang bagi dunia usaha dalam memastikan langkah antisipasi," ujar Bambang.

Sebaliknya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Martin Panggabean mengatakan, lonjakan harga minyak tidak akan berpengaruh banyak terhadap inflasi di dalam negeri. "Jadi, BI tetap bisa menurunkan BI Rate pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) mendatang," katanya.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom mengatakan, potensi inflasi tinggi akan terjadi pada tahun 2008. Itu disebabkan dari target inflasi 5 plus minus 1 persen, realisasinya bisa melampaui 6 persen.

"Laju inflasi bisa ditekan jika utilisasi industri dinaikkan tanpa menimbulkan biaya produksi yang terlalu tinggi. Selain itu, pemerintah perlu menjaga struktur fiskal tetap sehat sehingga tidak perlu ada kenaikan administered price (harga yang ditetapkan pemerintah)," katanya.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan, kenaikan harga minyak mentah tak perlu membuat bangsa menangis. Indonesia bisa bertahan karena memiliki minyak, batu bara, dan gas. "Tinggal bagaimana kita mengaturnya agar semua ini memakmurkan rakyat," ujar Wapres.

Dibayar lunas

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pihaknya akan membayar lunas semua kebutuhan subsidi BBM 2007 akhir tahun ini juga. Ini dilakukan agar pembukuan keuangan pemerintah lebih tertib.

"Pembukuan pemerintah menjadi lebih bersih karena tidak ada tagihan ke Pertamina. Begitu juga Pertamina karena tidak punya tagihan (subsidi BBM) ke pemerintah," ujarnya.

Menurut Sri Mulyani, pembayaran lunas itu akan didahului konsultasi ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena jumlah subsidi yang dibayar lebih besar dibandingkan target awal APBN Perubahan (APBN-P) 2007. "Saya minta pembayaran itu tidak menjadi temuan BPK karena saat diaudit sudah tahu," katanya.

Dalam APBN-P 2007 ditetapkan target subsidi BBM sebesar Rp 55,6 triliun. Namun, pemerintah memperkirakan realisasinya akan melonjak ke posisi Rp 87,77 triliun di akhir tahun.

Peningkatan subsidi BBM itu terjadi karena produksi minyak yang siap dijual (lifting) rata-rata turun dari 950.000 barrel per hari menjadi 910.000 barrel per hari. Selain itu, konsumsi BBM bersubsidi melonjak dari 36 juta kiloliter menjadi 38,2 juta kiloliter. Adapun jumlah minyak tanah yang dikonversi ke elpiji lebih rendah dari target awal 319.000 kiloliter menjadi 20.638 kiloliter.

Direktur Keuangan PT Pertamina Ferederick Siahaan mengatakan, selama ini pembayaran subsidi BBM dilakukan melalui mekanisme offset, yakni menghitung bagian minyak pemerintah yang diolah di kilang Pertamina. "Subsidinya lancar dibayar setiap bulan setelah verifikasi oleh BPH Migas dan Depkeu. Itu dibayar 95 persen dulu, 5 persen lainnya dikumpulkan dan dibayarkan setiap kuartal, sebagai mekanisme koreksi," katanya.

Harga minyak mentah berada di kisaran 97 dollar AS per barrel, kemarin. Minyak jenis light sweet untuk pengiriman Januari diperdagangkan pada harga 97,30 dollar AS per barrel pada perdagangan elektronik di Bursa Berjangka New York. Para pelaku khawatir akan kurangnya pasokan minyak dan melemahnya nilai tukar dollar AS. Investor juga waswas dan melindungi posisinya karena pasar keuangan AS tutup pada Kamis karena hari Thanksgiving. (AFP/FAJ/OSA/OIN/DOT/DAY/JOE/INU)

No comments: