Monday, November 19, 2007

Realisasi Belanja Minim


Anggaran Subsidi Harus Diwaspadai Pemerintah

Jakarta, Kompas - Perekonomian pada triwulan III-2007 diperkirakan tumbuh 6,4 persen, namun tanpa dukungan konsumsi pemerintah karena realisasi belanjanya masih minim. Faktor pendorong utama pertumbuhan ini adalah konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor.

"Konsumsi masyarakat menyumbang dua pertiga dari PDB (produk domestik bruto). Jadi, kunci pertumbuhan ekonomi yang tinggi saat ini adalah dengan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan ekonomi secara menyeluruh," ujar Direktur Perencanaan Makro Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bambang Prijambodo di Jakarta, pekan lalu.

Perhitungan Bappenas ini mendahului hasil kalkulasi pertumbuhan ekonomi dari Badan Pusat Statistik (BPS). BPS diperkirakan akan mengumumkan hasil perhitungannya pada pertengahan November 2007.

Tren peningkatan konsumsi di triwulan III teridentifikasi dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen sebesar 0,6 persen.

Lalu muncul indikasi lain, yakni adanya tambahan kredit konsumsi sebesar Rp 16,5 triliun, jauh di atas triwulan III-2006 yang hanya naik Rp 7,5 triliun.

Lebih konkret lagi, terjadi peningkatan penjualan mobil 6,6 persen dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 120.500 unit. Adapun penjualan sepeda motor meningkat 19,4 persen dibandingkan dengan triwulan II-2007 menjadi 1,27 juta unit.

Sementara itu, peningkatan investasi terlihat dari realisasi izin usaha tetap (IUT) yang diterbitkan Badan Koordinasi Penanaman Modal dan instansi penanaman modal di daerah.

IUT di triwulan III-2007 sebesar Rp 44,5 triliun atau meningkat 437,6 persen dibanding periode sama tahun 2006. Indikasi investasi lain adalah memperhitungkan penjualan semen yang naik 19 persen.

Catatan ekspor pun menunjukkan peningkatan 8,6 persen dibanding triwulan III-2006. Kenaikan itu didorong pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 10,6 persen.

Sayangnya, konsumsi pemerintah melalui realisasi anggaran belanja barang dan modal justru rendah. Ini disebabkan berbagai kendala yang dihadapi pengelola anggaran di kementerian serta lembaga nondepartemen, antara lain ketakutan dalam menggunakan dana.

Menurut Bambang, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen pada triwulan III, diperlukan pertumbuhan yang sama tinggi di triwulan IV agar target pertumbuhan ekonomi dalam APBN Perubahan 2007 tercapai, yakni 6,3 persen.

Selain itu, investasi dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap Bruto perlu tumbuh dua digit.

"Penyerapan APBN perlu dimaksimalkan, kemampuan ekspor barang dan jasa perlu dijaga, serta kepercayaan masyarakat terhadap krisis harga minyak harus tetap dipelihara," ujarnya.

Dilematis

Di tempat terpisah, Kepala BPS Rusman Heriawan menegaskan, anggaran subsidi harus diwaspadai pemerintah karena akan terus meningkat seiring jaminan pemerintah yang tidak akan menaikkan harga BBM hingga tahun 2009.

Subsidi yang meningkat akan menurunkan porsi anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk mendorong pertumbuhan sektor riil.

"Keinginan untuk tidak menaikkan harga BBM pun menjadi dilematis. Setelah harga BBM dinaikkan dua kali pada tahun 2005, inflasi melambung menjadi 17 persen. Efek berantainya sangat berat," ujarnya. (OIN)

No comments: