Monday, November 19, 2007

Reksa Dana


Tantangan Menghapus Trauma Masa Lalu

Setelah cukup lama kurang aktif karena melakukan konsolidasi, Ciptadana kembali menggairahkan pasar reksa dana. Sejak awal bulan ini, anak usahanya, Ciptadana Asset Management, menerbitkan reksa dana berimbang (balance). Komposisi investasinya luwes karena dapat berimbang antara saham, obligasi, dan instrumen pasar uang dalam satu reksa dana.

"Sebagian investor reksa dana masih trauma dengan kejadian tahun 2005 ketika reksa dana mengalami persoalan redemption, pencairan besar-besaran," kata John Budiharsana, penasihat pada Ciptadana Asset Management, beberapa waktu lalu.

Ia dimintai pandangannya soal perkembangan reksa dana belakangan ini yang sudah bangkit, namun belum kembali pada puncaknya. Dalam kondisi demikian, Ciptadana justru masuk pasar, tentu ada kiatnya.

Reksa dana berimbang yang diterbitkannya bertujuan mengakomodasi keperluan nasabah yang membutuhkan instrumen dengan komposisi alokasi investasi berimbang antara satu jenis surat berharga dan lainnya. "Namun, reksa dana baru kami ini masih lebih dominan berisi saham," kata John yang sudah memimpin beberapa perusahaan pengelola aset nasabah.

Alasannya, investor sudah terbiasa dengan imbal hasil belasan persen sehingga kurang tertarik pada aset berpendapatan tetap yang imbal hasilnya di bawah 10 persen. "Sedangkan saham bisa sampai 40 persen," kata John.

Ciptadana Capital bukanlah perusahaan baru di pasar modal Indonesia. Ciptadana Securities boleh dikata salah satu perusahaan pemain utama di bursa saham Jakarta. Untuk pengelolaan aset (asset management), anak usahanya, Ciptadana Asset Management, memang nama baru walaupun sebenarnya bukan pemain baru, sebab perusahaan ini semula bernama Lippo Investment Management.

Menurut John, investasi saham masih cenderung bergairah sampai kuartal pertama tahun 2008. "Setelah itu, bobot saham dalam reksa dana kami mulai kurangi," katanya.

Menurut Presiden Ciptadana Capital Benny Haryanto, yang juga mantan Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, pihaknya kini memperkuat riset karena ingin mendidik masyarakat investor berinvestasi berdasarkan riset yang kuat, bukan mengandalkan rumor.

"Potensi kita sebenarnya besar sekali, asal kita semua berkomitmen mengedukasi masyarakat sehingga hal-hal seperti yang lalu-lalu tidak terulang lagi menimpa reksa dana," katanya.

Selain itu, para pelaku industri reksa dana juga mesti aktif mengeluarkan produk inovatif sesuai kebutuhan dan karakteristik masyarakat yang masih termasuk masyarakat penabung, belum masyarakat investasi.

Hal yang paling penting bagi masyarakat, menurut Beny, mereka diberi nasihat supaya mengerti kepentingannya untuk apa berinvestasi. (dis)

No comments: