Triwulan III-2007 Tumbuh
Jakarta, Kompas - Perekonomian pada triwulan III- 2007 diperkirakan tumbuh 6,4 persen meski tanpa dukungan konsumsi pemerintah, karena realisasi belanja pemerintah minim. Faktor pendorong utama pertumbuhan adalah konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor.
"Konsumsi masyarakat menyumbang dua pertiga dari PDB (Produk Domestik Bruto). Jadi kuncinya, menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan ekonomi secara menyeluruh," ujar Direktur Perencanaan Makro Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bambang Prijambodo di Jakarta, Jumat (9/11).
Badan Pusat Statistik baru akan mengumumkan hasil kalkulasi pertumbuhan ekonomi pada pertengahan November.
Tren peningkatan konsumsi di triwulan III teridentifikasi dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen 0,6 persen. Selain adanya tambahan kredit konsumsi Rp 16,5 triliun. Triwulan III-2006 kenaikannya Rp 7,5 triliun.
Realisasi izin usaha tetap (IUT), yang diterbitkan BKPM dan instansi penanaman modal di daerah, juga meningkat. IUT triwulan III-2007 mencapai Rp 44,5 triliun, meningkat 437,6 persen dibanding periode sama 2006.
Catatan ekspor menunjukkan peningkatan 8,6 persen dibanding triwulan III-2006. Kenaikan itu didorong pertumbuhan ekspor nonmigas 10,6 persen.
Untuk mencapai target pertumbuhan 6,3 persen di APBN Perubahan 2007, pada triwulan IV diperlukan pertumbuhan yang sama tinggi.
"Penyerapan APBN perlu dimaksimalkan. Ekspor barang dan jasa perlu dijaga. Kepercayaan masyarakat terhadap krisis harga minyak dipelihara," ujarnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya menegaskan, harga bahan bakar minyak tidak dinaikkan meski harga minyak di pasar dunia mendekati 100 dollar AS per barrel.
Penegasan ini, menurut Bambang, perlu agar masyarakat tidak berpikir untuk menyimpan uangnya, mengantisipasi kenaikan ongkos energi, yang akan berdampak pada dunia usaha.
Kepala BPS Rusman Heriawan mengingatkan agar waspada terhadap peningkatan anggaran subsidi BBM. Hal itu menurunkan porsi anggaran untuk mendorong pertumbuhan sektor riil.
Keinginan tidak menaikkan harga BBM dilematis. Perlu ditetapkan toleransi kenaikan subsidi BBM. Namun, menaikkan harga BBM akan berdampak lebih hebat. Efek berantainya sangat berat," ujar Rusman. (OIN
No comments:
Post a Comment