Saturday, December 29, 2007

Ekonomi 2008


Dibutuhkan Kerja Lebih Keras

Bambang Prijambodo

Prospek ekonomi tahun 2008 akan ditentukan oleh tiga hal, yaitu ekspektasi dari kemajuan yang sudah dicapai sampai tahun 2007, masalah dan tantangan yang akan dihadapi tahun 2008, serta langkah-langkah yang akan ditempuh.

Sasaran pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,8 persen dalam jangkauan untuk dicapai dengan upaya keras guna mendorong investasi, meningkatkan efektivitas belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) termasuk oleh daerah, menjaga keyakinan masyarakat dan dunia usaha, serta mengelola risiko, terutama risiko eksternal, yang timbul.

Secara ringkas, kemajuan ekonomi tahun 2007 lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Stabilitas ekonomi yang tercermin dari nilai tukar rupiah dan laju inflasi terjaga. Sampai dengan 19 Desember 2007, rata-rata nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.134 per dollar AS.

Terdapat pergerakan rupiah, baik penguatan maupun pelemahan, yang meningkat sejak Mei 2007, tetapi masih berada dalam rentang yang dapat dikendalikan. Volatilitas rupiah yang terjadi lebih didorong oleh likuiditas global yang berlebih dan pengaruh rambatan dari krisis kredit perumahan kelas dua (subprime mortgage) di AS.

Kepercayaan rupiah didukung oleh fundamental neraca pembayaran yang lebih baik. Sampai dengan tiga triwulan pertama 2007, neraca transaksi berjalan serta neraca transaksi modal dan finansial mengalami surplus 8,4 miliar dollar AS dan 3,7 miliar dollar AS.

Cadangan devisa meningkat menjadi 52,9 miliar dollar AS pada September 2007, bertambah 10,3 miliar dollar AS dibandingkan dengan akhir 2006. Pada akhir November 2007, cadangan devisa meningkat lagi menjadi 54,9 miliar dollar AS atau cukup untuk membiayai impor dan pembayaran utang pemerintah selama 5,5 bulan.

Laju inflasi tahun kalender (Januari-November) 2007 sebesar 5,43 persen. ju inflasi Desember 2007 diperkirakan antara 0,6 persen-0,9 persen, lebih rendah dibandingkan dengan Desember 2006 (1,21 persen). Dalam keseluruhan tahun 2007, laju inflasi diperkirakan antara 6,1 persen-6,4 persen, lebih baik dibandingkan dengan tahun 2006 (6,6 persen).

Pertumbuhan ekonomi dalam tiga triwulan pertama tahun 2007 mencapai 6,3 persen. Selain didukung oleh ekspor, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.

Perkembangan bulan Oktober-November 2007 mengindikasikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV/2007 berpotensi lebih tinggi dari 6,3 persen (year-on-year/y-o-y).

Total realisasi izin usaha tetap yang dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan instansi penanaman modal daerah dalam bulan Oktober dan November 2007 yang meningkat sekitar 90 persen dibandingkan dengan periode sama 2006, tambahan kredit investasi Oktober 2007 sebesar Rp 2,7 triliun dan impor barang modal pada Oktober 2007 yang meningkat hampir dua kali lipat (y-o-y) mengindikasikan kegiatan investasi masyarakat tetap berlangsung.

Demikian juga belanja negara baik berupa investasi maupun konsumsi pada triwulan IV/2007 diperkirakan berperan lebih besar dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya.

Penerimaan ekspor nonmigas dan arus wisatawan asing pada bulan Oktober 2007 yang masing-masing meningkat 16 persen dan 21 persen dibandingkan dengan Oktober 2006 mencerminkan kemampuan ekspor barang dan jasa yang terjaga.

Risiko eksternal

Risiko eksternal tahun 2008 bersumber dari masih tingginya harga minyak mentah dunia, pengaruh lanjutan dari subprime mortgage, dan melambatnya ekonomi AS.

Ketiga risiko ini akan memperlambat ekonomi dunia dan pada gilirannya akan berpengaruh pada kemampuan ekspor Indonesia. Dengan melihat potensi pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia, ketiga risiko eksternal di atas masih dalam jangkauan untuk diantisipasi.

Proyeksi terakhir yang dikeluarkan Badan Energi AS (Energy Administration Information) memperkirakan harga minyak mentah dunia tahun 2008 sebesar 84,8 dollar AS per barrel. Tidak pada tingkat yang psikologis mengkhawatirkan, misalnya 100 dollar per barrel.

Dengan harga ekspor minyak mentah Indonesia yang sekitar 2 dollar AS-3 dollar AS di bawah harga spot WTI, APBN dapat dipastikan aman.

Risiko yang berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi AS. Ekspor berpotensi berkurang sekitar 2 miliar dollar AS dari total penerimaan ekspor yang sebelumnya diperkirakan meningkat mencapai 103 miliar dollar AS pada tahun 2008.

Jumlah yang tidak terlalu sulit untuk diantisipasi sejauh ekonomi Asia tetap tumbuh tinggi dan langkah diversifikasi pasar ekspor dilakukan dengan efektif..

Pengaruh lanjutan subprime mortgage diperkirakan tidak berimbas pada sektor riil. Pengaruhnya relatif terbatas pada arus modal jangka pendek, baik melalui bursa regional maupun instrumen keuangan lainnya seperti Sertif. Secara singkat, risiko ekonomi dunia tahun 2008 berada dalam kemampuan untuk dikelola dan diamankan dengan baik.

Pertumbuhan 2008

Ekspektasi positif berdasarkan dinamika ekonomi pada tahun 2007 serta kemampuan yang cukup baik dalam mengelola risiko eksternal tahun 2008 memberikan gambaran bahwa ekonomi tahun 2008 berpotensi tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2007. Sasaran pertumbuhan ekonomi tahun 2008 yang sekaligus juga merupakan asumsi dalam penyusunan APBN adalah 6,8 persen.

Dari rencananya, tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut digerakkan oleh investasi berupa pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang meningkat 15,5 persen, ekspor barang dan jasa yang naik 12,7 persen, serta pengeluaran pemerintah dan rumah tangga yang berturut-turut tumbuh 6,2 persen dan 5,9 persen; sedangkan impor barang dan jasa meningkat 17,8 persen.

Dalam realisasinya nanti, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi itu dapat saja bergerak dalam komposisi yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi 6,8 persen dapat dicapai, misalnya, dengan peningkatan ekspor barang dan jasa lebih rendah, tetapi pada saat yang sama kenaikan impor barang dan jasa lebih rendah karena kebutuhan investasi dapat lebih dipenuhi dari dalam negeri dan seterusnya.

Namun, apa pun realisasinya nanti, kerja lebih keras dituntut untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,8 persen. Ada empat langkah pokok yang akan berperan penting dalam pencapaian sasaran pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertama, investasi lebih digerakkan. Investasi berupa PMTB, yang dalam tiga triwulan pertama tahun 2007 masih tumbuh 7,9 persen, diupayakan meningkat dua digit dalam keseluruhan tahun 2008.

Selain oleh kebijakan percepatan investasi masyarakat, peningkatannya akan didorong oleh pembangunan infrastruktur yang dibiayai APBN.

Potensi investasi masyarakat yang dapat direalisasikan tahun 2008 cukup tinggi. Dalam 11 bulan pertama tahun 2007, total rencana investasi yang disetujui BKPM dan instansi penanaman modal di daerah sekitar Rp 520 triliun atau meningkat 84 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006.

Kedua, efektivitas APBN ditingkatkan. Pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dibiayai APBN diupayakan sedini mungkin agar memberi dorongan lebih awal kepada perekonomian. Selain belanja modal oleh pusat, daerah diharapkan sedini mungkin dapat memanfaatkan dana perimbangan yang disediakan.

Dengan investasi meningkat dua digit dan belanja APBN yang mengisi sejak awal-awal tahun 2008, daya beli masyarakat berpotensi meningkat lebih tinggi dan lebih mendorong pengeluaran rumah tangga.

Dengan sumbangannya yang hampir dua pertiga PDB, peranan konsumsi rumah tangga cukup besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, ruang penurunan suku bunga dimanfaatkan. Dengan ekspektasi bahwa laju inflasi terkelola dengan baik serta nilai tukar dollar AS melemah terhadap mata uang dunia, stabilitas harga akan terkendali lebih baik pada tahun 2008.

Keempat, stabilitas ekonomi tetap dijaga. Pergerakan nilai tukar dan peningkatan inflasi yang tidak terkendali akan berpengaruh langsung terhadap keyakinan masyarakat termasuk dunia usaha. Untuk itu, kebijakan suku bunga harus tetap mempertimbangkan keseimbangan yang tepat antara stabilitas, baik nilai tukar rupiah maupun harga, dan pertumbuhan ekonomi.

Bambang Prijambodo Direktur Perencanaan Makro, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

No comments: