Saturday, December 29, 2007

Investasi



Pasar Modal Lebih Menarik dari Bank

Joice Tauris Santi

Sejak pertengahan tahun ini, dana masyarakat yang ditempatkan di pasar modal ternyata lebih banyak ketimbang dana yang ditempatkan pada produk deposito perbankan. Tingkat suku bunga perbankan yang terus menurun membuat masyarakat mengalihkan dananya ke pasar modal yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia, dana masyarakat yang diinvestasikan di pasar modal sudah mencapai Rp 2.539 triliun. Angka ini sudah naik pesat dari kapitalisasi pada tahun 2006 yang hanya sebesar Rp 1.249 triliun.

Angka Rp 2.539 triliun ini merupakan gabungan dari kapitalisasi pasar saham Rp 1.982 triliun, obligasi korporasi sebesar Rp 79,065 triliun dan 105 juta dollar AS, serta kapitalisasi obligasi pemerintah Rp 477 triliun.

Perbandingan kapitalisasi pasar modal dengan Produk Domestik Bruto (PDB) juga meningkat dari 37 persen tahun 2006 menjadi 53 persen dari PDB pada tahun 2007. Perbandingan tersebut hanya dihitung dari kapitalisasi pasar ekuiti.

Besaran PDB Indonesia pada tahun 2006 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 3.338,2 triliun. PDB ini terus bertumbuh, pada triwulan ke II tahun 2007 mencapai Rp 962,5 triliun.

Adapun dana pihak ketiga perbankan pada Agustus sekitar Rp 1.400 triliun saja, lebih kecil dibandingkan dengan kapitalisasi pasar modal.

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany di Jakarta, Jumat (28/12), mengatakan, perbandingan kapitalisasi pasar modal terhadap PDB itu masih sedikit dibandingkan dengan Singapura. Pasar modal Singapura memiliki kapitalisasi pasar 115 persen dari PDB Singapura sebesar 137,7 miliar dollar AS.

"Diharapkan pada tahun 2008 perbandingan kapitalisasi pasar modal terhadap PDB minimal menjadi 75 persen," ujarnya.

Dirut BEI Erry Firmansyah mengatakan, "Pasar modal sudah menjadi tempat investasi menarik bagi investor. Ini memberikan sinyal positif bahwa pasar modal sudah bisa memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional."

Dia melanjutkan, "Kami tidak melihat bank sebagai kompetitor, melainkan komplemen satu sama lain. Kita membangun ekonomi secara bersama-sama, pasar modal dan perbankan tidak bisa dipisahkan. Di banyak negara juga seperti itu."

Peningkatan kapitalisasi pasar tersebut juga menunjukkan pasar modal telah menjadi alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan.

Selain itu, baik perorangan maupun institusi seperti dana pensiun dan asuransi telah semakin banyak menanamkan uangnya di pasar modal untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito.

Direktur Penelitian dan Pengaturan BI Halim Alamsyah mengatakan, dana di pasar modal lebih banyak dibandingkan dengan dana simpanan pada perbankan karena tingkat suku bunga perbankan yang menurun sehingga memicu orang menanamkan dana di pasar modal.

"Kenaikan permintaan ini juga mendorong banyak perusahaan mencatatkan sahamnya ke bursa dan menerbitkan obligasi," katanya.

Kombinasi faktor tersebut semakin meningkatkan harga saham sehingga kapitalisasi naik melebihi dana pihak ketiga di perbankan.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Ciptadana Securities, Ferry Budiman Tanja menuturkan, suku bunga deposito cuma 6 persen per tahun. Belum dipotong pajak atas bunga, sehingga nasabah hanya menerima 5 persen per tahun.

"Di pasar modal, kemungkinan dapat 5 persen jauh lebih besar. Itu makanya, banyak orang berpindah dari deposito ke pasar modal," katanya.

Ini didukung sosialisasi dari bursa efek, usaha broker-broker, para pialang, dan masyarakat pasar modal sehingga sekarang banyak juga perusahaan yang melepaskan sahamnya ke bursa (go public).

Banyak yang pertama mencoba-coba melepaskan saham melalui penawaran perdana saham kepada masyarakat, kemudian berkembang menjadi penerbitan obligasi, waran, atau penawaran saham terbatas (rights issue). Semuanya menarik dana dari masyarakat untuk sumber pendanaan perusahaan.

Uang masuk ke bursa jauh lebih besar dibandingkan dengan uang yang keluar. Karena itu, likuiditas di bursa naiknya luar biasa. "Sekarang mungkin bisa sampai Rp 6 triliun hingga Rp 8 triliun per hari, bandingkan dengan dua tahun lalu ketika hanya Rp 2 triliun per hari," katanya.

Selama likuiditas bursa tetap ada, sementara suku bunga bank yang relatif kecil, maka ke depan tren masyarakat untuk investasi ke bursa akan makin besar.

Erry bahkan berani mengklaim, jumlah investor individu yang ada di pasar modal mencakup investor saham langsung, reksa dana, unit link dan obligasi negara ritel (ORI) telah mencapai 1 juta orang. Dia optimistis dapat mencapai target 2 juta investor ritel pada pengujung tahun 2008.

Lebih berisiko

Walaupun menjanjikan tingkat imbal hasil yang lebih tingi dibandingkan dengan simpanan deposito, risiko yang terkandung dalam investasi di pasar modal juga lebih besar.

Akan tetapi, seiring dengan semakin berkurangnya dana simpanan masyarakat yang dijamin dalam program penjaminan pemerintah, risiko yang dihadapi orang jika menanam uang di deposito ataupun di pasar modal lambat laun akan sama.

Artinya, menempatkan dana di mana pun sama-sama tidak ada jaminannya. Hanya saja, imbal hasil yang dapat diharapkan dari pasar modal tentunya jauh lebih besar.

Sosialisasi masalah manajemen risiko di pasar modal merupakan tantangan semua pihak ke depan. Hal ini diakui oleh Fuad Rahmany.

"Kami akan lebih banyak membuat aturan yang melindungi investor. Jangan sampai jika mereka merugi lalu marah-marah. Harus dibuat juga pemahaman bagaimana risiko-risiko di pasar modal," katanya.

Direktur BEJ Eddy Sugito memperingatkan adanya risiko-risiko yang ada di pasar modal. Sejalan dengan prinsip high risk high return, para investor harus benar-benar memahami risiko yang mungkin diterima di pasar modal seperti kesimpangsiuran informasi, likuiditas rendah, emiten yang dikeluarkan dari bursa, serta risiko lainnya yang lebih beragam dibandingkan dengan risiko yang ada pada deposito.

Seperti menapaki dunia pendidikan, menapaki dunia investasi juga sebaiknya dilakukan secara berjenjang. Setelah mengetahui instrumen penyimpanan dana pada perbankan, yaitu deposito, sebaiknya seorang investor pemula tidak langsung bermain saham. Banyak lika-liku di pasar modal yang harus dikenal agar dapat menghasilkan keuntungan maksimal.

Langkah pertama mungkin dari deposito, baru beralih ke obligasi pemerintah. Obligasi ini relatif aman karena pasti dibayar, tidak akan terjadi gagal bayar (default).

Risiko yang ada merupakan risiko pasar. Harga obligasi dapat berubah-ubah bergantung pada keadaan pasar dan tingkat suku bunga.

Investasi tahap selanjutnya adalah reksa dana. Reksa dana juga memiliki berbagai macam jenis. Mulai dari proteksi yang menjamin nilai investasi awal akan tetap hingga akhir masa investasi.

Ada pula reksa dana pasar uang yang tidak berfluktuasi, tetapi imbal hasilnya kecil. Adapun reksa dana obligasi berbasis surat utang imbal hasilnya lebih tinggi dari reksa dana pasar uang.

Reksa dana campuran bisa dijadikan jembatan peralihan dari reksa dana obligasi ke reksa dana saham. Reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang imbal hasilnya paling tinggi, tetapi sangat berfluktuasi dan hanya cocok untuk investasi jangka panjang.

Exchange traded fund (ETF) reksa dana indeks yang diperdagangkan di bursa seperti saham merupakan produk baru yang dapat juga dijadikan alternatif investasi.
(M fajar Marta/ c anto saptowalyono)

No comments: