Monday, December 31, 2007

Perbankan


Suku Bunga Tabungan
Hanya 3,46 Persen Per Tahun


Jakarta, Kompas - Suku bunga tabungan perbankan menyentuh level terendah, yakni rata-rata 3,46 persen per tahun.

Rendahnya suku bunga tabungan berpotensi memicu perpindahan dana pihak ketiga ke instrumen pasar modal, seperti saham, obligasi, serta reksa dana.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), rata-rata suku bunga tabungan perbankan nasional per akhir Oktober 2007 mencapai 3,46 persen per tahun.

Suku bunga tabungan cenderung menurun sejak Januari 2006, yang sebesar 4,84 persen per tahun.

Suku bunga tabungan saat ini berada di bawah tingkat inflasi tahunan yang sekitar 6,3 persen. Artinya, nilai dana yang ditaruh pada tabungan sebenarnya terus tergerus.

Bahkan, jika nilai tabungan di bawah nominal tertentu, bunga yang diterima masih lebih kecil dibandingkan biaya administrasi yang harus dibayar ke bank.

Ekonom BNI Ryan Kiryanto di Jakarta, pekan lalu, menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan suku bunga tabungan sangat rendah.

Pertama, suku bunga acuan atau BI Rate berada dalam tren menurun dari 12,75 persen pada Januari 2006 menjadi 8 persen pada Desember 2007 atau terjadi penurunan 475 basis poin.

Kedua, penurunan suku bunga tabungan yang lebih cepat dari suku bunga kredit merupakan strategi bank untuk menurunkan biaya dana. Tujuannya untuk meningkatkan keuntungan bank.

Ketiga, merupakan upaya bank meningkatkan kualitas layanan sebagai kompensasi suku bunga dana yang rendah.

Hingga kini, jelas Ryan, deposan atau pemilik dana tak terlalu hirau dengan level tersebut. Sebagian besar tetap menabung di bank. Terbukti pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tetap besar mencapai sekitar 17 persen dibandingkan tahun lalu.

Bukan untuk investasi

Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI) Djoko Retnadi mengatakan, suku bunga tabungan rendah karena tabungan bukan lagi sarana investasi, tetapi hanya untuk transaksi.

"Dengan pertumbuhan tabungan sekitar 20 persen per tahun, komposisi dana murah membaik sehingga menekan biaya dana," katanya.

Saat ini komposisi DPK masih didominasi deposito (dana mahal), yakni 45 persen. Sementara tabungan dan giro merupakan dana murah.

Rendahnya suku bunga membuat pertumbuhan DPK lebih rendah dibandingkan kredit. Pertumbuhan DPK tahun ini sekitar 17 persen, adapun pertumbuhan kredit sekitar 22 persen. "Dampaknya loan to deposit ratio (LDR) akan semakin besar," kata Djoko Retnadi.

Menurut dia, pergerakan suku bunga tabungan ke depan sangat bergantung pada pergerakan BI Rate dan suku bunga penjaminan.

Sementara Ryan memperkirakan suku bunga tabungan ke depan akan cenderung naik. Hal itu karena pertama, adanya kekhawatiran nasabah akan migrasi ke pasar modal.

Kedua, instrumen investasi lain, seperti tanah, properti, dan emas, menawarkan imbal hasil yang relatif makin tinggi. Ketiga, adanya tuntutan pasar di mana kendali ada di tangan nasabah.

Direktur Bank Mega Kostaman Thayib menambahkan, salah satu strategi agar nasabah tidak migrasi adalah dengan menciptakan produk hibrida.

Jadi, produk bank seperti tabungan dicampur dengan produk pasar modal. Dengan demikian imbal hasil yang diterima nasabah bisa tetap tinggi. (FAJ)

No comments: