Saturday, December 29, 2007

Penutupan Bursa Lebih Meriah


Insentif Pajak Emiten Diharap Keluar 2 Januari


Jakarta, Kompas - Maraknya perdagangan surat berharga di pasar modal berimbas pada sektor riil. Dukungan dari pemerintah, seperti insentif perpajakan untuk perusahaan yang mencatatkan sahamnya ke bursa, juga diperlukan. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak yang tertarik ke pasar modal.

"Kenaikan indeks yang mencapai 52 persen tahun ini tentu ada hubungannya dengan sektor riil. Sejumlah ekonom kurang paham pasar modal sehingga menyatakan pasar modal tidak berdampak pada sektor riil. Padahal, perbankan, tambang merupakan perusahaan yang langsung berhadapan dengan sektor riil," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jumat (28/12).

Penutupan perdana bursa hasil merger ini lebih meriah dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Tidak hanya pemencetan tombol dan peniupan terompet, akhir perdagangan bursa juga ditandai dengan penabuhan seperangkat drum yang dilakukan oleh dua orang yang diletakkan di tengah-tengah lantai perdagangan.

Kemeriahan semakin bertambah ketika penari-penari berpakaian seksi melenggak-lenggok di antara para pialang yang sehari-hari sibuk bertransaksi saham. Suasana di lantai perdagangan penuh musik dan kegembiraan. Bahkan, Sri Mulyani dan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Fuad Rahmany bernyanyi untuk memeriahkan suasana.

Indeks saham tahun ini ditutup 2,745.826 naik 52 persen dibandingkan dengan penutupan 26 Desember 2006. Kenaikan ini hanya dikalahkan oleh bursa Shanghai yang naik 98 persen. Adapun indeks Kompas 100 ditutup pada 700,603, naik 26,4 persen sejak diluncurkan 10 Agustus.

Rupiah melemah 10 poin menjadi Rp 9.417 per dollar AS dibandingkan dengan Kamis lalu, pada posisi Rp 9.407 per dollar AS. Sepanjang 2007, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ialah Rp 9.139 membaik dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp 9.172 per dollar AS.

Pencapaian lainnya adalah pertambahan kapitalisasi pasar, nilai transaksi harian, serta jumlah emiten dan produk pasar modal.

Fuad mengatakan, pertumbuhan pasar modal tidak berdiri sendiri, tetapi didukung keadaan makro dan mikro-ekonomi. "Pada mikroekonomi, lihat saja pertumbuhan laba perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa. Pertumbuhannya mencerminkan fundamental, tidak hanya teknikal," ujarnya.

Penurunan indeks yang sempat terjadi karena aspek kredit perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage) di AS justru membuat pasar modal sehat. Secara global daya tarik pasar modal Indonesia masih ada, tetapi perlu perbaikan seperti pengetahuan para emiten tentang aturan dan perundangan di pasar modal.

Fuad mensinyalir masih banyak sekali emiten dan jajaran direksinya yang belum paham aturan pasar modal. "Sedang dipikirkan apakah perlu mengadakan pelatihan," ujarnya.

Insentif pajak

Pemerintah juga diharapkan memberikan insentif pajak untuk emiten yang sudah berusaha transparan melalui pencatatan sahamnya di bursa.

"Sekarang ini peraturan pemerintahnya masih ada pada presiden. Mudah-mudahan itu bisa keluar sebelum tanggal 2 Januari 2008 sehingga pas tanggal 2 Januari bisa efektif," kata Fuad.

Emiten yang mencatatkan sahamnya lebih dari 40 persen di bursa akan mendapatkan keringanan pajak sebesar 5 persen dari tarif pajak pendapatan badan saat ini sebesar 30 persen. Hanya 80 dari total 408 emiten yang akan menikmati insentif ini.

Diharapkan insentif tersebut dapat mendorong perusahaan untuk mencatatkan sahamnya ke bursa.

Direktur Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah menargetkan akan mendapatkan sebanyak 30 emiten baru pada tahun 2008.

Dia juga mengatakan bahwa pada tahun 2008 akan memperbanyak produk-produk turunan di pasar modal sehingga investor lebih banyak memiliki pilihan investasi sesuai dengan risiko dan tujuan investasinya. (JOE)

No comments: