Monday, December 17, 2007

Kemiskinan


Wapres Yakin Turun 1-1,5 Persen


Jakarta, Kompas - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla menyatakan keyakinannya, dengan pertumbuhan ekonomi yang tahun demi tahun terus naik, angka kemiskinan secara nasional akan terus menurun, berkisar 1-1,5 persen.

Penurunan angka kemiskinan sudah terjadi sejak 2006 saat pertumbuhan 5,6 persen. Penurunan juga akan kembali terjadi pada akhir tahun ini jika pertumbuhan bisa mencapai 6,3 persen. Demikian juga angka kemiskinan akhir tahun depan akan turun kembali jika pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen.

Keyakinan Wapres Kalla itu diutarakan saat ditanya pers, seusai meresmikan Musyawarah Nasional Badan Musyawarah Organisasi Wanita Islam di Gedung II Istana Wapres, Jakarta, Senin (10/12). Pers meminta tanggapan Wapres terkait pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Siswono Yudo Husodo, saat menjadi pembicara pada Rapat Kerja Nasional I Perhimpunan Jurnalis Indonesia di Jakarta, Minggu.

Siswono sebelumnya mengatakan, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Kalla belum memiliki prestasi menonjol dalam pengurangan kemiskinan. Hingga Juni 2007, angka kemiskinan tercatat masih berada pada angka 37,17 juta jiwa atau 17,75 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

"Memang ada efek dari tahun 2005 akibat pengaruh kenaikan harga minyak, namun kemiskinan itu turun secara nominal. Persentasenya turun," ujar Wapres.

Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Choirul Djamhari di Jakarta, mengatakan, penciptaan lapangan kerja berkait dengan pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan investasi, kegiatan ekspor dan impor, konsumsi masyarakat, dan realisasi anggaran negara.

Data BPS menyebutkan, dari 97,58 juta pekerja per Februari 2007, 42,61 juta jiwa bekerja di sektor pertanian dan 19,43 juta di sektor perdagangan. Adapun jumlah pekerja sektor formal hanya 30 persen dari total pekerja.

Namun, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno mengatakan, lapangan kerja formal sebenarnya tetap ada, tetapi penyerapan pekerja masih rendah karena soal kompetensi.

Fluktuasi penganggur

Berdasarkan survei BPS Februari 2007 yang dirilis Mei 2007, jumlah penganggur mencapai 10,55 juta, turun dari 10,93 juta jiwa tahun 2006.

Kepala BPS Rusman Heriawan menjelaskan, BPS mendefinisikan seseorang bekerja jika ia melakukan kegiatan ekonomi untuk memperoleh pendapatan, membantu meraih pendapatan sedikitnya satu jam dalam waktu sepekan sebelum dilakukan survei. Pekerja tak dibayar yang membantu suatu usaha atau kegiatan ekonomi juga didefinisikan bekerja. (OSA/DAY/HAM/FAJ/HAR)

No comments: