Monday, December 10, 2007

Kebijakan BBM


Pengalihan Tergantung Harga Minyak


Nusa Dua, Kompas - Upaya pengurangan subsidi bahan bakar minyak dengan program pengalihan pemakaian premium oktan 88 ke premium oktan 90 tergantung dari harga minyak dunia.

Opsi itu merupakan antisipasi pemerintah kalau harga minyak mencapai 100 dollar AS per barrel. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengemukakan hal itu seusai penandatanganan kerja sama Green Mining, Minggu (9/12) di Nusa Dua, Bali.

"Program pengalihan premium dilakukan jika harga minyak dunia mencapai 100 dollar AS per barrel. Kenyataannya, sekarang harga minyak turun jadi 80 dollar AS," ujar Purnomo.

Dalam beberapa skenario Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2008, subsidi BBM diperkirakan akan membengkak dari Rp 45,8 triliun menjadi Rp 170,7 triliun.

Purnomo mengaku pengurangan subsidi dengan pengalihan premium akan menimbulkan dampak sosial. "Ini yang sedang dikaji bagaimana dampaknya. Kalau pemerintah katakan 1 Januari, itu kan kalau memang akan diterapkan," kata Purnomo.

Jika dilihat dalam APBN 2008, dari tiga jenis BBM yang disubsidi, jumlah subsidi premium paling kecil, yaitu Rp 7,87 triliun untuk volume 16,950 juta kiloliter, disusul minyak solar Rp 10 triliun untuk 11 juta kiloliter, dan minyak tanah Rp 24,2 triliun untuk volume 7,886 juta kiloliter.

"Kalau pertanyaannya mengapa pemerintah tidak memilih menaikkan saja BBM secara berkala, sulit untuk dilakukan karena bicara adil, berarti semua jenis BBM harus dinaikkan, termasuk minyak tanah," ujarnya.

Prediksi OPEC

Soal harga minyak, Purnomo mengatakan, kemungkinan tahun depan ada kelebihan suplai di pasar dunia 1,2 juta barrel per hari karena turunnya permintaan memasuki musim semi.

"Negara-negara pengekspor minyak (OPEC) akan bersidang lagi Februari 2008 untuk perhitungan kebutuhan di bulan Maret, yang sudah masuk musim semi," ujarnya.

Namun, belum bisa dipastikan apakah OPEC akan mengurangi produksi agar harga minyak tidak langsung turun. OPEC akan melihat dulu perkembangan pada Desember dan Januari.

"Kalau betul begitu, mungkin kita evaluasi harga karena stok meningkat dan harga mungkin akan merosot lagi. Jadi, sabar, jangan buru-buru bilang harga minyak bakal tembus 100 dollar AS," ujar Purnomo. (DOT)

No comments: