Wednesday, January 16, 2008

Investor Semakin Khawatirkan Ekonomi AS


Jakarta, Kompas - Investor sangat mengkhawatirkan laporan keuangan semakin buruk dari firma keuangan Amerika Serikat dalam pekan ini.

Hal itu dianggap semakin menunjukkan pelemahan ekonomi AS menjadi semakin nyata. Kekhawatiran ini membuat investor melepaskan sahamnya sehingga membuat indeks saham di bursa- bursa Asia ditutup melemah, Selasa (15/1).

Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia merosot 80,341 poin atau 2,8 persen menjadi 2.730.031. Adapun indeks Kompas100 turun 22,71 poin atau 3,184 persen menjadi 690.516.

Indeks saham di Tokyo bahkan merosot ke titik terendah selama 26 bulan terakhir. Sementara indeks di Taiwan justru naik tiga persen setelah pemilu dimenangkan oleh pihak oposisi yang menginginkan hubungan lebih baik dengan China.

Pelemahan ekonomi AS membuat banyak analis dan riset dari firma keuangan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global, termasuk di Indonesia.

Akan tetapi, pengamat ekonomi Chatib Basri masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlalu terpengaruh dari pelemahan ekonomi AS.

"Ekonomi Indonesia bergantung pada AS hingga tahun 1990- an. Sejak pertengahan tahun 2000-an, pelemahan ekonomi AS tidak terlalu berdampak pada Indonesia. Ekspor kita ke AS hanya 12,4 persen, sekarang lebih banyak ke Asia, seperti China dan India. Permintaan komoditas pertanian dan tambang lebih banyak ke Asia," ungkap Chatib Basri pada Trimegah Investor Forum di Jakarta.

Menurut Chatib, pertambahan barang modal dalam enam bulan terakhir telah terlihat. "Investasi akan kembali naik pada kuartal pertama atau kedua tahun 2008. Produk domestik bruto (PDB) sebesar 6 persen pasti akan didapat," ujarnya lagi.

Dilihat dari konsumsi, ekspor dan pertumbuhan barang modal perekonomian Indonesia masih akan terus bertumbuh walaupun terjadi perlambatan di AS.

Akan tetapi, Chatib mengakui pada pasar finansial dampak pelemahan ekonomi AS akan langsung terasa.

Suntikan dana segar

Merrill Lynch menyatakan telah mencapai kesepakatan dengan tiga investor asing untuk mendapatkan dana sebesar 6,6 miliar dollar AS.

Korean Investment Corp, Kuwait Investment Authority, dan Mizuho Corporate Bank akan menerima saham preferen convertible.

Saham preferen ini akan memberikan dividen sebesar 9 sen dollar AS dan akan diubah menjadi saham biasa dalam waktu dua tahun dan sembilan bulan.

Ini adalah suntikan dana kedua yang diterima Merrill Lynch setelah 24 Desember lalu mendapatkan suntikan dana sebesar 5 miliar dollar AS dari Temasek Holding Singapura serta 1,2 miliar dollar AS dari Davis Selected Advisers.

Merrill Lynch merugi karena penurunan aset surat berharga berbasis subprime mortgage. Citigroup juga menyatakan telah mendapatkan dana segar 14,5 miliar dollar AS dari Singapura, Kuwait Investment Authority, investor lama Alwaleed bin Talal bin Abdulaziz dari Arab Saudi serta mantan CEO Citigroup Sanford Weill dan lainnya.

Firma keuangan besar dan bank lainnya, seperti Citibank, UBS, dan JP Morgan, sudah beralih sahamnya ke tangan investor dari Asia dan Timur Tengah setelah merugi karena subprime mortgage. (AFP/joe)

No comments: