Tuesday, January 15, 2008

Sadli, Ekonom Sejati yang Jujur


Sadli adalah kakak saya, secara umur maupun dalam ilmu pengetahuan. Bagi saya, Sadli adalah the best economist Indonesia. Kejujurannya pantas dicontoh ekonom generasi sekarang," kata ekonom senior, Prof Dr Widjojo Nitisastro, terbata-bata, Rabu (9/1) di depan jenazah Prof Mohammad Sadli yang meninggal Selasa pukul 23.15 dalam usia 85 tahun.

Air mata Widjojo pun jatuh. Ia menyatakan sangat kehilangan Prof Sadli. Bangsa ini, menurut dia, seharusnya merasa kehilangan ahli ekonomi yang karyanya pantas diteladani.

Emil Salim, Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup di era Orde Baru, yang berdiri mendampingi Widjojo pun menyatakan, Prof Sadli adalah the real intelectual. "Di era Soekarno, Sadli dikenal sebagai kritikus yang tidak kenal kompromi. Di zaman kepemimpinan Soeharto, almarhum muncul sebagai sosok hati nurani kaum intelektual yang mau bekerja keras," ujarnya.

Menurut Emil, pada saat jabatan empuk sebagai pembantu presiden yang bisa menjadikannya kaya-raya, Sadli justru tidak memiliki kepentingan. Ia berani berkata tegas demi kebenaran.

Emil menyatakan, almarhum adalah ekonom yang ideal. "Ia memahami masalah dengan kritis, polos, tanpa agenda tersembunyi," ujarnya.

Daya kritis sebagai ekonom itu tercermin pada sikap Sadli sebagai ekonom yang tak pernah terjebak dalam satu sudut pandang. "Beliau selalu menyatakan kebenaran itu tidak bisa dilihat dari satu sisi saja," ujar Emil.

Sadli, menurut Emil, selalu memperkaya kawan diskusinya karena ia mendorong orang lain untuk melihat dengan cara pandang yang luas. "Ia mengajari kita untuk menggugat. Dalam tim, almarhum Sadli itu selalu berperan sebagai the devil’s advocate," kata Emil, yang pernah duduk di kabinet bersama Sadli.

Sikap kritis itu juga yang acap tercermin dari sikap almarhum saat menjadi moderator diskusi panel ahli ekonomi Kompas.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi istri dan Wakil Presiden Jusuf Kalla tampak melayat bersama sejumlah menteri di rumah duka di Jalan Brawijaya IV, Jakarta Selatan. Rombongan Presiden hadir pukul 11.45 dan beranjak pukul 12.05.

Ekonom langka

Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama yang melayat ke rumah duka menyatakan, Prof Sadli adalah sosok ekonom Indonesia yang tidak memiliki ambisi meraih kepentingan pribadi. Kejujuran sejati seorang ekonom inilah yang merupakan hal yang sangat langka di negeri ini.

Sosiolog Mely G Tan menuturkan, sekarang ini jumlah ekonom sejati di negeri ini sangat kurang. Perguruan tinggi ekonomi umumnya hanya menghasilkan lulusan ekonomi derivatif, bukan menjadikan lulusan itu seorang ekonom.

Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono pun mengatakan, Sadli adalah sosok pemikir yang mampu menggabungkan ekonomi dan konteks perkembangan politik di Indonesia. Tidak ada kebijakan ekonomi yang bisa dilepaskan dari kondisi politik atau kekuasaan politis tertentu.

Selamat jalan, Profesor Sadli. (OSA/DAY)

No comments: