Perputaran uang di pasar valuta asing sejagat sekitar 3,2 triliun dollar AS per hari. Transaksi uang itu dilakukan pemiliknya untuk mendapatkan keuntungan.
Dampak buruk perdagangan valuta asing dan pergerakan dana disorot dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos. Ada dugaan perputaran dana itu, selain bermotif profit, juga politis dan ada maksud jahat.
Menurut Bank for International Settlements (BIS), bank sentralnya bank sentral sedunia yang bermarkas di Basel, Swiss, volume perputaran uang per April 2007 itu meningkat 71 persen dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Sejauh yang dicatat BIS, perdagangan uang bukan hanya terjadi di pasar domestik. Perdagangan uang secara lintas batas (cross border), yang berarti praktis tak diketahui lagi posisi fisik pedagangnya, hampir mencapai 1,9 triliun dollar AS. Pangsanya mencapai 60 persen dari total perdagangan valas.
Dengan berbagai kemudahan dan kecepatan akses informasi yang ditawarkan teknologi, pengetahuan masyarakat dunia semakin luas dan ter-update setiap detik, termasuk dalam mengikuti dinamika pasar keuangan dan komoditas di seluruh dunia dalam 24 jam sehari.
Uang membeli derivatif, fisik komoditas seperti jagung, kedelai, gandum, minyak bumi, oleh siapa pun. Pemilik dana belum tentu punya kebutuhan atas komoditas tersebut.
Kini, dengan sistem informasi dan teknologi yang bisa membuat kita tergagap-gagap lantaran kecanggihannya, seseorang bisa saja menjual suatu komoditas lebih dahulu—walaupun belum memilikinya—baru kemudian membeli untuk menutupi penjualan sebelumnya. Tidak heran jika harga komoditas bisa berfluktuasi tak keruan, nyaris tanpa dasar yang kuat.
Karena itu, pemahaman akan dinamika global, memiliki visi jelas dan komitmen kuat, menjadi tantangan berat bagi pemerintah dan pemimpin negara untuk mengelola perekonomian bangsanya. Perlindungan kepentingan rakyat dari gempuran dampak buruk dinamika global tentu harus ditempatkan sebagai prioritas utama dan paling tinggi.
Petani kita bekerja keras membanting tulang sehingga tercatat sebagai produsen minyak sawit mentah nomor dua dunia, produsen kakao nomor tiga dunia, tetapi benefit dari lonjakan harga dunia tidaklah signifikan bagi mereka. Malah kita krisis minyak goreng. Keuntungan berlipat justru dinikmati spekulan kertas berharga di pasar internasional. Tidak adil...!
Menyalahkan situasi global, atau menjadikan situasi global sebagai alasan pembenaran terhadap suatu permasalahan sendiri, tentu kurang bijaksana.
No comments:
Post a Comment