Friday, January 4, 2008

TAJUK RENCANA


Kesempatan di Depan Mata

Di antara pasar-pasar modal di kawasan Asia Pasifik, kinerja Bursa Efek Indonesia adalah yang terbaik. Ia hanya satu tingkat di bawah Bursa Shanghai.

Indeks saham gabungan di BEJ tahun 2007 naik 52 persen dibandingkan tahun 2006. Indeks Kompas 100 yang diluncurkan 10 Agustus naik 26,4 persen. Hanya Bursa Shanghai yang bisa melewati, naik 98 persen.

Apa arti dari kinerja yang baik itu? Ada kepercayaan yang besar bagi para pemilik modal untuk menanamkan uangnya di Indonesia. Dampaknya segera terasakan oleh perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasar modal. Harga-harga saham mereka ikut terdongkrak naik ketika permintaan meningkat. Begitulah hukum ekonomi.

Bagi sebuah perusahaan, naiknya harga saham berarti meningkatnya nilai kapitalisasi pasar. Dengan nilai kapitalisasi pasar yang semakin tinggi, maka bukan hanya perusahaan itu menjadi semakin besar, tetapi potensinya untuk berkembang juga semakin besar.

Hal itulah yang kita lihat misalnya dari perusahaan Keluarga Bakrie. Meningkatnya harga saham mereka di Bumi Resources membuat nilai perusahaan meningkat berlipat ganda. Tidak usah heran apabila majalah Forbes menempatkan Aburizal Bakrie sebagai orang terkaya Indonesia dengan nilai kekayaan 4,5 miliar dollar AS.

Kepada mereka yang berhasil tentunya kita tidak harus lalu merasa iri hati, apalagi mencari sisi negatifnya. Kita justru harus bangga terhadap kemajuan orang lain dan mendorong mereka untuk lebih maju lagi. Mengapa? Sebab, ketika perusahaan-perusahaan itu lebih maju, maka semakin terbuka peluang bagi kita, warga, untuk ikut menikmati dengan bekerja di dalamnya.

Ekspansi itulah yang sekarang ini sedang dilakukan Grup Bakrie. Dengan nilai perusahaan yang semakin besar, mereka punya kemampuan mendapatkan modal untuk memperluas usahanya. Bukan hanya Grup Bakrie saja yang berkembang, tetapi juga banyak perusahaan lain. Itulah yang kita harapkan dari pasar modal.

Tentu kita tidak menutup mata, pengembangan usaha yang terjadi tidak sepesat seperti meningkatnya kinerja pasar modalnya. Berulang kali kita sampaikan, masih banyak hambatan yang membuat kalangan pengusaha ragu untuk lebih agresif mengembangkan usahanya. Hambatannya mulai dari soal kepastian hukum, keterbatasan infrastruktur, soal perburuhan dan perpajakan, hingga sikap kita yang selalu menilai negatif pengusaha. Padahal negara bukan lagi andalan bagi investasi.

Kita sering kali lalu ragu untuk bertindak. Misalnya sekarang soal insentif pajak bagi perusahaan yang masuk pasar modal. Sepertinya kita khawatir akan hilangnya potensi pendapatan pajak. Padahal, ketika perusahaan masuk bursa, mereka terikat aturan tata kelola yang baik, termasuk dalam laporan keuangan. Ditjen Pajak bisa lebih terbuka untuk melihat potensi yang ada dalam sebuah perusahaan. Tidak seperti ketika mereka menjadi perusahaan tertutup, yang dimungkinkan terjadinya kongkalikong dan akhirnya pemerintah tidak bisa juga mendapatkan pajak seperti yang seharusnya.

Kesempatan bagi kita untuk maju sangatlah terbuka. Sekarang tinggal kita bisa atau tidak memanfaatkannya.

No comments: