Wednesday, January 9, 2008

Perbankan


BI Rate Tetap, Suku Bunga Kredit Akan Berlanjut


Jakarta, Kompas - Kendati suku bunga acuan atau BI Rate dipertahankan di level 8 persen, penurunan suku bunga kredit diyakini akan tetap berlanjut.

Penurunan bunga kredit amat diharapkan untuk merangsang kinerja sektor riil yang ujungnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Perbankan masih memiliki kapasitas untuk menurunkan suku bunga kredit, apalagi kalau mereka terus melakukan efisiensi," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda S Goeltom seusai Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (8/1) di Jakarta.

Miranda mengatakan, perbankan juga makin terdorong menurunkan suku bunga kredit karena persaingan ke depan kian ketat.

Gubernur BI Burhanuddin Abdullah menjelaskan, selama periode Januari-November 2007, suku bunga kredit terus menurun. Rata-rata suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi per akhir November 2007 sebesar 13,16 persen dan 13,19 persen, lebih rendah dibandingkan posisi akhir tahun 2006 yang masing-masing 15,07 persen dan 15,10 persen.

Adapun suku bunga kredit konsumsi pada periode yang sama turun dari 17,58 persen menjadi 16,39 persen.

Penurunan suku bunga kredit modal kerja dan investasi sedikit lebih cepat dibandingkan dengan penurunan BI Rate yang sebesar 175 basis poin.

BI akan hati-hati

Ekonom BNI Tony Prasetiantono menjelaskan, potensi berlanjutnya penurunan bunga kredit semakin besar jika kredit bermasalah perbankan semakin kecil, pendapatan berbasis jasa semakin besar, dan porsi dana murah seperti tabungan dan giro makin dominan.

Terkait BI Rate, Burhanuddin mengatakan, ke depan BI akan sangat berhati-hati dan cermat untuk menurunkan BI Rate mengingat tahun ini tekanan inflasi diperkirakan cukup besar.

Menko Perekonomian Boediono menegaskan, sikap BI yang tidak menurunkan BI Rate merefleksikan sikap kehati-hatian. Menurut dia, kebijakan BI tersebut tidak akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 6,8 persen tahun ini.

BI memperkirakan, tingginya harga komoditas, seperti minyak, dan kesenjangan produksi dan permintaan berpotensi menekan inflasi 2008 ke level 6 persen, bahkan bisa mencapai 6,3 persen. Padahal, target inflasi yang ditetapkan pemerintah hanya 5 persen dengan rentang satu persen. (FAJ/OIN)

No comments: