Thursday, January 31, 2008

Ekonomi 2008



Melonjaknya harga minyak mentah dunia dan meluasnya dampak krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) telah memukul perekonomian banyak negara. Krisis tersebut juga mendorong terjadinya perlambatan perekonomian global.

Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perekonomian dunia akan tumbuh 5,2% pada 2007, sedikit melambat menjadi 4,8% pada 2008. Amerika juga sudah mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan dari semula 2,8% menjadi 2,2%. Gejolak harga minyak dan krisis subprime mortgage juga berimbas terhadap perekonomian nasional. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan hanya 6,1%, lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN sebesar 6,8%.

Krisis subprime mortgage yang timbul beberapa bulan lalu telah menimbulkan ketidakseimbangan pasar keuangan dan bursa dalam negeri. Bahkan, nilai tukar rupiah juga ikut terimbas dengan kecenderungan terus melemah.Kini gejolak tersebut disusul kenaikan harga minyak di pasar internasional yang sempat menembus USD100 per barel. Melemahnya ekonomi global,jelas memengaruhi kondisi penurunan pasokan dan permintaan global sehingga akan menyebabkan kompetisi memperebutkan pangsa ekspor dunia dan aliran investasi menjadi lebih ketat.

Indonesia juga harus berkompetisi memperebutkan pangsa ekspor dunia dan aliran investasi sehingga dampaknya akan memengaruhi perekonomian nasional, terutama target pertumbuhan ekonomi bisa terkoreksi. Kita ketahui bahwa investasi merupakan salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun kontribusinya terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) masih belum optimal.Laju investasi yang masuk Indonesia pada 2007 juga belum menggembirakan.

Realisasi total investasi dari Januari- September 2007 (PMA dan PMDN) mencapai Rp109,7 triliun.Kenaikan nilai investasi total terutama didorong kenaikan dari penanaman modal asing yang mencapai Rp76,86 triliun. Sektor-sektor yang sangat diminati asing adalah sektor telekomunikasi, sektor transportasi, dan sektor pergudangan. Sementara untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), nilai realisasi mencapai Rp25,96 triliun.

Perkembangan investasi yang belum menggembirakan tidak dapat dilepaskan dari iklim usaha di Indonesia yang masih belum membaik secara signifikan.Berdasarkan survei yang dilakukan IFC beberapa waktu lalu, iklim usaha di Indonesia belum menunjukkan perubahan yang signifikan, meskipun studi yang dilakukan LPEM FEUI dan Bank Dunia Jakarta menunjukkan ada perbaikan dari segi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan usaha. Sementara itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi AS pada 2008 ini, juga berdampak terhadap ekspor negara kita ke negara itu,karena selama ini AS menjadi pasar ekspor terbesar Indonesia.

Namun,melambatnya permintaan ekspor AS sedikit tertolong oleh prospek ekonomi nasional menyusul peningkatan permintaan dari pasar nontradisional--di luar AS, Jepang, dan Uni Eropa--yang diperkirakan relatif tidak terpengaruh oleh risiko pelemahan perekonomian global. Perekonomian di kawasan Timur Tengah justru makin kuat karena peningkatan harga minyak dunia. Perekonomian yang menguat juga dialami beberapa negara Asia,seperti China,Korea Selatan,Taiwan, negara anggota ASEAN. Tantangan daya saing industri justru berasal dari dunia usaha kita sendiri.Pertumbuhan industri nasional pada 2007 diproyeksikan hanya mencapai 6,3%, jauh di bawah target awal sebesar 7,9%, tetapi naik dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,27%.

Rendahnya pertumbuhan industri nasional tahun ini akibat sejumlah kelompok industri yang memberi kontribusi produk domestik bruto (PDB) besar, tumbuh minim, seperti industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki yang sampai triwulan III tumbuh minus 2,16%. Sampai akhir 2007, pertumbuhan kelompok industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki, yang memberi kontribusi sekitar 10,74% terhadap PDB diperkirakan hanya mampu tumbuh positif sebesar 1,5%.

Salah satu penyebab masih rendahnya pertumbuhan industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki, terutama akibat rendahnya pertumbuhan industri tekstil karena masih maraknya penyelundupan yang mendistorsi pasar dalam negeri. Salah satu tantangan kita adalah kemampuan bersaing dengan negaranegara lain,seperti China,India,Vietnam, sementara prestasi kita masuk kategori sedang karena negaranegara tersebut mencatat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, rata-rata di atas 8%.

Negara-negara tersebut ternyata mampu memanfaatkan peluang eksternal-global yang sama dengan lebih baik. Untuk memenangkan persaingan di pasar ekspor yang ketat, dunia usaha harus bisa bersaing meningkatkan komoditas bermutu tinggi dengan harga yang lebih bersaing.Jalan keluar bagi dunia usaha juga harus dicari pebisnis dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas agar mampu bersaing. Meskipun pencapaian kinerja ekonomi selama 2007 lebih baik dibanding tahun lalu, kualitas pertumbuhan masih belum mengalami kemajuan yang berarti.

Pertumbuhan ekonomi masih didorong konsumsi rumah tangga dan konsumsi, sementara konsumsi pemerintah lebih rendah dari target semula. Sebagaimana kita ketahui bahwa peran anggaran (government expenditure) terhadap pertumbuhan ekonomi masih rendah. Demikian halnya dengan peranannya pertumbuhan ekonomi 2007 masih minim. Peran APBN sebagai stimulus ekonomi tidak berjalan maksimal karena pencairan anggaran hampir selalu terlambat dan tingkat penyerapan anggaran yang rendah.

Hal itu ditandai dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah yang berada di bawah target semula,yakni dari rencana 8,9% dibanding 2006 ternyata diperkirakan hanya 6,14%. Pertumbuhan yang sekarang ini dicapai lebih banyak didorong investasi swasta, ekspor, dan konsumsi masyarakat. Kegagalan APBN sebagai stimulus pertumbuhan akan menimbulkan konsekuensi lain,yakni gagal sebagai alat fiskal yang mendorong pemerataan ekonomi.Dengan rendahnya porsi konsumsi pemerintah (melalui anggaran belanja negara) terhadap produk domestik bruto, berarti fungsi pemerataan itu tidak berjalan.Fungsi ini akan semakin tidak jalan apabila anggaran belanja negara di APBN bias karena dibelanjakan ke program atau proyek yang tidak prorakyat.(*)


Fahruddin Salim Kandidat Doktor Manajemen Bisnis Unpad Bandung

No comments: