Sunday, May 27, 2007

50 tahun RI-Jepang
Investasi Jepang di Indonesia Menurun

Denpasar, Kompas - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam kunjungan kehormatannya kepada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Kantor Perdana Menteri Jepang, Jumat (25/5) petang, telah meminta Abe meningkatkan kembali investasi pelaku usaha Jepang di Indonesia. Permintaan itu disampaikan mengingat ranking investasi Jepang di Indonesia tahun-tahun terakhir mengalami penurunan.

Saat ini Jepang tercatat dari nomor urut satu menjadi nomor lima dengan nilai investasi sebesar 149,1 juta dollar AS pada triwulan 1 tahun 2007.

"Saya sampaikan bahwa Jepang itu sudah turun peringkat investasinya di Indonesia. Oleh sebab itu, Jepang harus meningkatkan investasinya lagi. Dan, kita juga akan mengusahakan meningkatkan pasokan energi kita meski tidak akan 100 persen, mengingat kita utamakan domestik terlebih dulu," ujar Wapres Kalla saat memberikan keterangan pers atas hasil kunjungannya ke PM Abe dan kunjungan kerjanya selama lima hari di Jepang di lobi VVIP Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Sabtu (26/5).

Kalla dan rombongan transit selama satu jam di Bali setelah terbang selama tujuh jam lebih dari Tokyo.

Menurut Kalla, peningkatan investasi Jepang itu penting sekali. "Jepang selalu menginginkan peningkatan hubungan. Sekarang ini hubungan kita seimbang. Dengan adanya peningkatan investasi, Jepang juga minta agar suplai energi terus dilakukan. Karena kondisi keseimbangan hubungan ini sangat kuat, perlu kita harapkan adanya jaminan dari mereka," papar Kalla.

Wapres mengatakan, dalam berbagai pertemuannya dengan berbagai pelaku usaha Jepang, investor Jepang itu setuju untuk meningkatkan investasi dan kelanjutan suplai gas alam cair.

Nuklir

Tentang tawaran pengembangan teknologi nuklir dari Jepang, Wapres menyatakan hal itu akan dikaji kembali.

"Saat ini kita kembangkan energi yang ada dulu, seperti batu bara dan geotermal. Memang nuklir minta dikembangkan. Akan tetapi, banyak daerah yang tak mau daerahnya ketempatan untuk pengembangan nuklir. Itu juga masalah. Jadi, tidak mudah. Kita ingin lebih dulu mengembangkan energi yang murah dan mudah, sambil menyiapkan pengembangan nuklir di masa datang," tutur Kalla.

Di Tokyo, Wapres Jumat tampil menyampaikan pidato di Konferensi Ekonomi Internasional ke-13 "The Future of Asia", yang diselenggarakan Koran Ekonomi Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) di Fuji Room, Hotel Imperial.

Dalam kesempatan itu, Kalla mengatakan bangsa Jepang merupakan sahabat sejati bangsa Indonesia. Selama ini, sebagai sahabat sejati, pemerintah dan pelaku usaha Jepang tak pernah meninggalkan bangsa Indonesia sekalipun Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi dan keuangan pada tahun 1990-an, serta berbagai masalah lainnya.

Konferensi tahunan ini juga didukung sejumlah media besar dari negara-negara di Asia, seperti Harian Kompas (Indonesia), The Straits Time (Singapura), The New Straits Time (Malaysia), Bangkok Post (Thailand), The People’s Daily (China), dan JoongAng Ilbo (Korsel).

Kalla tampil sebagai pemimpin negara yang berbicara di hari kedua konferensi tersebut. Sebelumnya, pada hari pertama konferensi, Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo dan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi menjadi pembicara.

"Secara khusus, saya menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah dan pelaku usaha Jepang yang selama ini terus beroperasi di Indonesia dan tak melupakan meskipun pada kurun tahun 1990, Indonesia memasuki masa krisis ekonomi dan likuiditas. Jepang adalah sahabat sejati hingga pada tahun depan nanti hubungan Indonesia Jepang memasuki 50 tahun," ujar Wapres.

No comments: