Saturday, May 26, 2007

Pasar Modal China
Gadai Barang untuk Beli Saham

Joice Tauris Santi

China tidak hanya mencengangkan dunia dengan pertumbuhan ekonominya. Bursa saham China juga menyedot perhatian dengan melambungnya harga saham di sana. Sejak awal tahun, indeks Shanghai telah meningkat 55 persen. Kenaikan ini membuat orang China beramai-ramai menanamkan uangnya di pasar saham.

Mereka rela mengantre panjang di perusahaan sekuritas lokal untuk membuka rekening transaksi saham. Formulir pendaftaran laku keras, hingga lima kali lipat dari tahun lalu. Mahasiswa dan pensiunan mengerumuni komputer untuk melihat pergerakan saham. Menurut surat kabar setempat, satu dari tiga mahasiswa China ikut "main" saham.

Para pendatang baru di pasar saham China bertransaksi melalui teknologi seperti internet dan telepon seluler. Tidak sedikit karyawan yang mencuri waktu untuk bertransaksi saham di sela-sela jam kerja dengan surat elektronik ataupun pesan instan. Beberapa perusahaan pun mengeluarkan peraturan, "barangsiapa yang ketahuan bertransaksi saham di waktu kerja akan dihukum". Larangan itu sia-sia saja. Karyawan tetap dapat bertransaksi karena hanya dengan memencet tuts komputer atau telepon selulernya.

Diperkirakan, sudah ada 91 juta rekening individual untuk keperluan transaksi saham di China saat ini. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya sekitar 350.000. Sekitar 10 persen dari 91 juta rekening tersebut dibuka pada hanya tiga bulan pertama 2007. Jumlah itu naik 10 kali lipat dibandingkan dengan pembukaan rekening pada tiga bulan pertama 2006.

Perdagangan saham secara on line berkembang dengan sangat cepat. Pada pekan belakangan ini, pembukaan rekening individual ada sekitar 90.000 per hari, 35 kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.

Membubungnya pasar saham ini juga turut melambungkan nama Lin Yuan (44). Dia kini mendapat julukan "Warren Buffett China". Dengan mantap dia meyakini pasar saham China masih akan melonjak. Dia telah menjadi idola banyak orang di China karena dianggap berhasil meraup keuntungan di pasar saham dengan cara sederhana dan masuk akal.

Seperti dikutip kantor berita Reuters, Lin Yuan telah melipatgandakan uangnya dari 8.000 yuan atau setara dengan 1.045 dollar AS menjadi lebih dari 1 miliar yuan dalam waktu 18 tahun.

"Prinsip saya sederhana, saya selalu menginvestasikan setiap sen uang saya di pasar saham. Untuk menaklukkan pasar saham, Anda harus menanamkan setiap sen setiap waktu," ujarnya.

Dia kini memberi kuliah investasi di mana-mana, termasuk di Universitas Peking. Bagi orang China yang masih buta investasi, kisah sukses Lin Yuan menyulut optimisme dapat menaklukkan pasar saham.

Seperti juga Warren Buffett, Lin Yuan pun membeli beberapa saham saja, terutama yang bisnisnya mudah dipahami. Lin menanam dana di pasar modal tahun 1989 pada waktu menjadi pegawai rendahan di museum. Dia pernah mengalami keterpurukan bursa dua kali, tetapi tetap optimistis dengan perkembangan bursa China.

Selain memindahkan dana dari tabungan ke pasar modal, pemain baru tersebut meminjam dari bank. Padahal, perbankan di China dilarang keras memberikan pinjaman untuk keperluan pembelian saham di pasar modal. Tetapi, banyak lubang aturan yang bisa dipakai sehingga tetap banyak orang meminjam uang dari bank untuk berspekulasi di pasar saham.

Perusahaan sekuritas tidak diizinkan menawarkan sistem perdagangan marjin (margin trading), suatu sistem perdagangan yang membolehkan nasabah hanya memiliki sebagian dana dari total transaksinya, sehingga orang yang hendak memasuki pasar harus menggadaikan aset pribadi pada pegadaian.

Pegadaian di Beijing tahun lalu menerima sertifikat rumah senilai 1,5 miliar yuan atau setara dengan 195 juta dollar AS. Sebagian besar dana pinjaman itu digunakan untuk membeli saham. Di pegadaian Shanghai, barang gadaian juga didominasi sertifikat apartemen untuk mendanai pembelian saham. Pegadaian membebankan bunga 2,5-3 persen untuk pinjaman yang dijamin dengan apartemen.

Uang panas

Meroketnya indeks di bursa China tidak terlepas dari derasnya aliran uang panas ke Negeri Tirai Bambu tersebut. Pada tahun 2005, sekitar 78,71 miliar dollar AS uang panas masuk ke China. Tahun 2006, aliran uang panas telah mencapai 3,6 persen dari Produksi Domestik China. Sejak Januari hingga Maret 2007, total jumlah uang panas diperkirakan 30 miliar dollar AS.

Pemerintah China bukannya tidak mengkhawatirkan pasar saham ini. Medio Mei lalu, pemerintah telah menaikkan tingkat suku bunga dan kenaikan giro wajib minimum perbankan serta memperlebar rentang pergerakan renminbi. Pemerintah juga memerintahkan perusahaan sekuritas untuk mengingatkan risiko investasi saham.

Mantan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Alan Greenspan (81) yang berada di seberang lautan juga mengkhawatirkan lonjakan di China ini. Bagaimana akhir pesta pora di bursa saham China, tetap menanjak atau gelembung itu akan pecah dan membuyarkan mimpi Lin Yuan-Lin Yuan, waktu yang akan membuktikan.

No comments: