Jakarta, Kompas - Kenaikan harga saham di pasar modal yang hanya menguntungkan pihak tertentu tidak bisa dianggap sebagai suatu sumbangan bagi perekonomian bangsa Indonesia secara keseluruhan. Pasar modal baru memberikan manfaat lebih besar jika mampu menggerakkan ekonomi rakyat secara riil.
"Apa sebenarnya peranan pasar modal itu? Peranannya adalah bagaimana pertumbuhan pasar modal bisa memberikan dampak bagi pertumbuhan pasar riil. Itu baru bisa dikatakan pasar modal menggerakkan perekonomian Indonesia. Tidak ada artinya jika pasar modal tidak dapat menggerakkan sektor riil," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika membuka acara Indonesia Investor Forum 2 di Jakarta, Selasa (29/5).
Dalam acara tersebut, Wapres didampingi antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, dan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Fuad Rahmany.
Menurut Wapres, kegairahan pasar modal, yang antara lain ditandai dengan kenaikan indeks harga saham di bursa harus diiringi dengan peningkatan jumlah perusahaan yang masuk bursa menjadi perusahaan terbuka, melalui penawaran saham perdana (IPO) ke pasar. Setelah menyerap dana hasil IPO, perusahaan jadi memiliki modal lebih untuk ekspansi. Ekspansi tersebut yang salanjutnya bisa berdampak bagi perkembangan perekonomian riil masyarakat.
Demikian juga saat perusahaan tersebut mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi, diharapkan dana yang diperoleh bisa untuk ekspansi perseroan. "Jika harga saham naik terus menerus dan keuntungan yang diperoleh selanjutnya masuk ke Sertifikat Bank Indonesia, kemudian bunga SBI yang dibayar negara semakin besar juga, setelah itu investornya keluar, maka kinerja saham yang meningkat ini tidak bisa dikatakan menggerakkan perekonomian," ujar Wapres.
Dalam kaitan itu, Wapres menambahkan, untuk mengembangkan pasar modal, hal-hal negatif yang membuat investor merasa kurang nyaman juga harus diminimalisir. Dalam mengembangkan pasar modal, katanya, ada tiga hal pokok yang harus dilakukan. Pertama, pengaturan dan pengawasan dari pemerintah yang akan melahirkan kepercayaan investor.
Hal yang kedua, yakni investor perlu memahami dan mengerti adanya suatu future value dari investasi saat ini. Ketiga, yakni, adanya emiten-emietan yang ingin maju dengan menggunakan modal yang mereka peroleh dari pasar modal.
Harapan
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam kata sambutannya mengatakan, pasar modal diharapkan dapat memberikan kontribusi optimal dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Meskipun belum terlalu besar kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB), namun perkembangan yang cukup baik selama dua tahun terakhir ini, telah menimbulkan keyakinan bahwa peranan dan kontribusinya terhadap perekonomian nasional akan dapat meningkat dari waktu ke waktu," katanya.
Dia menjelaskan IHSG BEJ yang ditutup pada level 1.805 pada akhir 2006, telah menembus angka 2.000 pada triwulan II- 2007. Selain itu, nilai kapitalisasi pasar yang akhir tahun lalu baru mencapai Rp 1.250 triliun atau 37,4 persen dari PDB, saat ini telah mencapai Rp 1.400 triliun atau 42 persen dari PDB. "Untuk nilai transaksi harian yang pada tahun 2006 rata-ratanya sebesar Rp 1,84 triliun, maka pada hari-hari ini telah mencapai di atas Rp 3 triliun," kata Menkeu.
Dia menambahkan, pertumbuhan pasar modal Indonesia di masa mendatang akan memberikan dan menambah daya tahan yang lebih tangguh serta sustainabilitas berbagai kegiatan ekonomi Indonesia dengan berbasis pada investor domestik.
Menurut data Bapepam-LK, selama tahun 2006, hanya terdapat 12 perusahaan yang masuk bursa dengan nilai IPO Rp 3,014 triliun, sedangkan yang menerbitkan obligasi sebanyak 15 emuten dengan nilai emisi Rp 11,450 triliun. Sampai minggu pertama Mei, baru ada satu perusahaan yang masuk bursa, namun beberapa lainnya bakal menyusul.
Sebagai perbandingan, jumlah kredit yang disalurkan perbankan kepada dunia usaha sampai akhir 2006 sebanyak Rp 792, 29 triliun. Sementara dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan mencapai Rp 1.287 triliun.
Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany berpendapat, tidak sepenuhnya benar jika dikatakan dana yang masuk ke pasar modal tidak menyentuh sektor riil. Dana di pasar modal secara tidak langsung juga berdampak pada sektor riil. "Aliran dana asing yang masuk membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi stabil. Kestabilan ini yang berdampak pada sektor riil, kestabilan rupiah membawa kestabilan berusaha," ujar dia.
Insentif pajak
Menurut Menkeu, saat ini pemerintah sedang menghitung seberapa besar potensi pajak yang hilang akibat pemberian insentif dibandingkan potensi pajak yang bisa diperoleh dari masuknya banyak perusahaan ke pasar modal.
"Saya sudah minta Pak Darmin (Dirjen Pajak Darmin Nasution) menghitung, nanti hitung-hitungan Pak Darmin di presentasikan ke saya dulu, baru nanti diumumkan pastinya," jelasnya.
Dirjen Pajak Darmin Nasution usai mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI mengatakan, insentif pajak hanya akan diberikan kepada perusahaan terbuka yang saham milik publiknya memenuhi porsi tertentu. "Saya belum bisa mengatakan sekarang berapa porsi tersebut. Nanti saja kita umumkan," kata Darmin.
Dominasi pasar asing
Masuknya dana asing ke pasar modal memang biasanya tidak dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, harus dicari cara agar dana tersebut tinggal lebih lama dalam investasi portofolio.
"Sudah menjadi tugas Bapepam, KSEI, KPEI, BEJ, dan BES untuk selalu memberikan informasi mengenai pasar modal kita sehingga ada kepastian kepada investor," ujarnya.
Gairah pasar modal yang ditandai besarnya aliran dana asing, naiknya indeks harga saham, tidak diiringi kenaikan signifikan jumlah investor.
(HAR/JOE/FAJ/TAV)
No comments:
Post a Comment