Wednesday, May 23, 2007

BI Menilai Target Pemerintah Terlalu Tinggi

Jakarta, Kompas - Bank Indonesia menilai pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan kredit perbankan terlalu tinggi pada tahun 2008, yakni 33 persen terhadap realisasi kredit perbankan tahun 2007 yang sebesar Rp 140,7 triliun.

Sementara level pertumbuhan kredit tertinggi sepanjang sejarah adalah 24 persen. Dalam kaitan itu, BI meminta pembahasan ulang atas target tersebut.

Gubernur BI Burhanuddin Abdullah menegaskan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR yang juga dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Ketua Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, Selasa (22/5) di Jakarta.

Dalam kesempatan itu, Menteri Keuangan menyebutkan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,8 persen, diperlukan investasi senilai Rp 1.296 triliun. Salah satu sumbernya adalah kredit investasi perbankan senilai Rp 210 triliun.

"Kredit itu diharapkan mampu tercapai karena pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan tanpa meninggalkan rambu-rambu kehati- hatian," katanya.

Dana pinjaman

Sumber pembiayaan investasi lainnya adalah konsumsi pemerintah pusat dan daerah senilai Rp 173,6 triliun, kemudian belanja modal badan usaha milik negara (BUMN) Rp 151,5 triliun, dan investasi swasta Rp 460 triliun.

Selain itu, juga dana pinjaman untuk proyek infrastruktur yang dikerjakan pemerintah dan swasta sebesar Rp 90 triliun serta sumber-sumber lainnya, yakni dari pasar modal Rp 210,3 triliun, terutama berasal dari pelepasan saham perdana.

Menurut Gubernur BI, target kredit perbankan sebesar Rp 210 triliun setara dengan pertumbuhan kredit sebesar 33 persen.

"Kalau targetnya tetap sebesar itu, perlu ada penyesuaian di sana-sini. Jika kreditnya hanya tumbuh 20 hingga 24 persen, harus ada tambahan pembiayaan dari sumber lain, misalnya dari belanja modal pemerintah," ujarnya.

Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono mengatakan level pertumbuhan kredit perbankan yang normal adalah 24 persen.

Level tersebut merupakan batas maksimal yang dapat dicapai perbankan saat ini dalam mengumpulkan dana dan menanggung risiko usaha.

"Angka 33 persen itu merupakan perhitungan mereka (pemerintah). Kami akan membahasnya kembali dengan Panitia Anggaran. BI hanya akan menyampaikan apakah pertumbuhan 33 persen itu cukup realistis atau tidak. Tadi Gubernur BI sudah memberikan jawaban, dan menurutnya target itu kurang realistis," katanya.

Untuk tahun 2007, pemerintah menggantungkan harapan pada investasi BUMN strategis guna mencapai target pertumbuhan investasi sebesar 12,3 persen.

BUMN yang menjadi andalan itu berasal dari sektor telekomunikasi, industri strategis, dan energi.

Adapun pada tahun 2008 pemerintah menargetkan investasi yang lebih tinggi, yakni 14,5 hingga 18,2 persen. (OIN)

No comments: