Perlu Inovasi Teknologi untuk Bersaing
Jakarta, Kompas - Industri tekstil dan produk tekstil atau TPT di pasar global sudah bertransformasi menjadi industri yang berbasis teknologi dan ilmu pengetahuan. Industri tekstil dan produk tekstil dituntut untuk mampu membaca kebutuhan pasar, bukan saja terkait dengan pakaian, tetapi juga berbagai segmen lainnya.
Kepala Pusat Pengembangan Tekstil dari Korea Institute of Industrial Technology (KITECH) Young Hwan Park mengemukakan pentingnya inovasi teknologi untuk pengembangan industri TPT pada seminar "Prospek Industri TPT di Vietnam, Korea, Indonesia, Uzbekistan, dan China", Selasa (29/5) di Jakarta.
Park menegaskan, pandangan bahwa industri tekstil hanya memproduksi kain dan pakaian sudah ketinggalan zaman. Industri tekstil sudah dituntut untuk menjawab kebutuhan spesifik, misalnya untuk dunia kedokteran hingga pesawat angkasa luar.
Secara global, volume perdagangan tekstil tumbuh dari 543,6 miliar dollar AS menjadi 1.128 triliun dollar AS pada 2005. Industri TPT di Asia rata-rata tumbuh 5,3 persen per tahun, lebih tinggi dari rata-rata dunia sebesar 4,2 persen.
Terkait dengan pertumbuhan industri TPT di Asia, KITECH menilai negara-negara produsen TPT seperti Indonesia, Vietnam, Korea, Uzbekistan, dan China perlu bekerja sama dan mengembangkan jaringan untuk memperkuat penetrasi produk TPT ke pasar global.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian Rifana Erni Arjakusumah menegaskan, daya saing industri TPT di pasar global akan semakin ditentukan oleh keunggulan teknologi produksinya.
Karena itu, Pemerintah Indonesia mendukung pengembangan industri tekstil, antara lain dengan subsidi peremajaan mesin. "Pemerintah juga terus melengkapi laboratorium pengujian tekstil yang dipunyai oleh Balai Besar Tekstil," ujar Rifana. (DAY)
No comments:
Post a Comment