Tuesday, February 12, 2008

Beban Utang Bertambah



Jakarta, Kompas - Beban pembayaran pinjaman luar negeri pada tahun 2008 bertambah akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS beberapa waktu terakhir ini. Akibatnya, alokasi untuk pembayaran utang luar negeri dari hasil penerbitan obligasi negara dalam valuta asing semakin besar.

”Pembayaran pokok utang luar negeri meningkat karena nilai tukar. Pada saat yang sama, hasil penarikan pinjaman luar negeri dan surat utang negara berdenominasi valuta asing juga meningkat sehingga saling menutupi,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto di Jakarta, Senin (11/2).

Di hadapan Komisi XI DPR, Senin (4/2), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, pembiayaan luar negeri neto dalam APBN 2008 diperkirakan akan berubah, yaitu dari minus Rp 16,7 triliun menjadi minus Rp 21,2 triliun, atau terjadi penambahan Rp 4,5 triliun.

Pembiayaan neto adalah selisih antara pinjaman luar negeri yang dicairkan pemerintah dan jumlah pokok utang pemerintah yang harus dilunasi.

Pembiayaan luar negeri neto yang minus itu berarti ada penambahan jumlah pokok utang yang harus dilunasi.

Pinjaman proyek

Menurut Rahmat, jumlah pembayaran pokok utang luar negeri 2008 akan meningkat, sementara jumlah penarikan pinjaman proyek lebih rendah daripada perkiraan semula.

”Yang dikurangi adalah penarikan pinjaman proyek, bukan pinjaman program, sehingga pembiayaan defisit APBN 2008 tidak terganggu,” kata Rahmat.

Ia menjelaskan, pinjaman proyek dikurangi karena kondisi pelaksanaan proyek di lapangan sangat dipengaruhi daya serap di dalam negeri. ”Jika daya serap membaik, penarikan pinjaman proyek akan disesuaikan lagi,” ujar Rahmat.

Berdasarkan catatan Limas Media yang diolah Kompas, nilai tukar rupiah sempat mencapai posisi terendah sejak awal tahun, yakni Rp 9.436 per dollar AS.

Namun, pada penutupan tanggal 11 Februari 2008, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 9.287,5 per dollar AS, melemah dibandingkan dengan hari sebelumnya, yakni Rp 9.252,5 per dollar AS.

Dalam APBN 2008, asumsi nilai tukar rupiah ditetapkan Rp 9.100 per dollar AS.

Berdasarkan data Departemen Keuangan, total utang luar negeri pemerintah hingga saat ini 59,05 miliar dollar AS.

Sebagian besar utang luar negeri ditarik dari kerja sama bilateral antarpemerintah, yaitu sekitar 30,43 miliar dollar AS. Selanjutnya, dari lembaga keuangan multilateral, antara lain dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, mencapai 17,94 miliar dollar AS.

Adapun posisi utang dalam bentuk kredit ekspor sebesar 10,59 miliar dollar AS. Secara keseluruhan, nilai utang luar negeri masih lebih rendah dibandingkan dengan utang yang diperoleh dari dalam negeri, yakni sebesar 86 miliar dollar AS.

Negosiasi

Koordinator Nasional Koalisi Anti Utang (KAU), Kusfiardi, menegaskan, jalan satu-satunya yang harus ditempuh pemerintah untuk mengurangi lonjakan pembayaran utang luar negeri adalah dengan menegosiasikan penghapusan utang.

Selain itu, pemerintah juga perlu mengoreksi kebijakan nilai tukar agar lebih terkontrol.

Dengan langkah itu, kata Kusfiardi, beban APBN akan menjadi lebih ringan. Pemerintah juga akan memiliki ruang untuk mendayagunakan instrumen fiskal guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

”Ruang fiskal itu bisa dimanfaatkan oleh pemerintah bagi penciptaan lapangan kerja baru dan menyediakan infrastruktur untuk mendorong bergulirnya perekonomian rakyat,” kata Kusfiardi. (OIN)

 

No comments: