Pengunjung mengamati rumah contoh rumah susun sederhana milik (rusunami) bersubsidi yang akan dibangun di kawasan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (4/2).
KOMPAS/RIZA FATHONI / Kompas Images
Pengunjung mengamati rumah contoh rumah susun sederhana milik (rusunami) bersubsidi yang akan dibangun di kawasan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (4/2).
Artikel Terkait:
Rabu, 6 Februari 2008 | 09:04 WIB
Peluncuran rumah susun sederhana milik atau dikenal dengan istilah rusunami di Kelapa Gading, Jakarta, pada hari Senin (4/2) menarik diikuti. Rusunami itu tidak dapat dipandang hanya sebagai sentra hunian untuk golongan menengah ke bawah semata. Ia ternyata instrumen penting untuk menggairahkan ekonomi nasional.
Jika rencana seribu menara rumah susun jadi dibangun, kapitalisasi modal yang akan bergulir amat berguna bagi perputaran ekonomi dalam skala yang lebih besar.
Hitung-hitungannya begini. Jika satu menara diasumsikan membutuhkan dana Rp 40 miliar (pembebasan tanah dan pembangunan fisik), maka pembangunan 1.000 menara di seluruh Indonesia akan menggunakan dana sebesar Rp 40 triliun. Lalu, seandainya 1.000 menara ini ditargetkan selesai dalam empat tahun, maka setiap tahun kapitalisasi modal mencapai Rp 10 triliun.
Menilik angkanya, nilai Rp 10 triliun bukanlah angka amat besar di Indonesia sekarang ini. Besaran APBN tahun 2008 saja mencapai lebih kurang Rp 854,6 triliun. Lalu, apa ”makna” pembangunan rumah susun sederhana itu? Nilai Rp 10 triliun per tahun, tidak akan berdampak besar, taruhlah misalnya pada pertumbuhan ekonomi. Seperti kita ketahui, untuk menaikkan satu persen pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi ratusan triliun rupiah.
Namun di sinilah salah satu sisi menariknya ilmu ekonomi. Peran utama yang diharapkan diperoleh dari pembangunan rusunami itu tidak sekadar kapitalisasi dan pembukaan lapangan kerja, tetapi lebih jauh dari itu, ekonomi bergerak dinamis dan bergairah.
Satu proyek besar pembangunan rumah susun sederhana seperti dikerjakan Grup Agung Podomoro di Kelapa Gading akan melibatkan setidaknya 5.000 tenaga kerja lapangan. Kalau ada 100 proyek rusunami dibangun di sejumlah kota, proyek ini langsung menyerap 500.000 tenaga kerja. Ini angka fantastis sebab satu persen pertumbuhan ekonomi biasanya hanya menyerap 200.000 tenaga kerja saja.
Jumlah tadi semata hanya yang bekerja di tempat pembangunan rusunami. Dan jumlah itu akan bertambah dengan 500.000 jiwa lagi kalau dihitung tenaga kerja yang bekerja di luar proyek itu. Mereka adalah tukang batu, pasir, atap, semen, keramik, plastik, paralon, paku, kayu lapis, furnitur, dan sebagainya. Mereka bertugas sebagai penyokong proyek. Peran mereka besar untuk menyukseskan proyek properti seperti rumah susun itu.
Positif
Di luar urusan tenaga kerja ini, pembangunan rumah susun memberi banyak pengaruh positif. Ekonomi di berbagai sektor bergerak dan bergairah karena dihela mesin-mesin properti. Industri semen, keramik, atap, dan paralon mendapatkan pasar amat besar. Begitu pula kayu lapis, furnitur, alat-alat elektronik, kaca, gorden, cat, dan sebagainya. Semua bergerak seirama dan memengaruhi pergerakan sektor lain.
Dari fakta tersebut, penggagas proyek 1.000 menara rumah susun, Wakil Presiden Jusuf Kalla, agaknya tidak sekadar ingin membangun banyak rumah untuk rakyat, tetapi ingin pula mendapatkan efek-efek positif sehingga ekonomi berlari lebih cepat. Jika ekonomi berlari cepat, mestinya gairah makin besar. Aspek inilah yang amat dibutuhkan untuk mendapatkan stimulus ekonomi.
Akan tetapi, pemerintah dan masyarakat tidak bisa terlampau cepat puas oleh sinyal positif rusunami. Pemerintah mempunyai banyak pekerjaan rumah, yakni mesti memikirkan bagaimana menjaga gairah membangun rumah susun ini agar tidak berhenti di tengah jalan. Artinya, dorongan kepada pengembang lain, terutama yang suka membangun apartemen mewah, harus terus dilakukan agar spirit membangun untuk rakyat kecil tidak pernah redup.
Selain masalah itu, pekerjaan massal ini hendaknya tidak mengorbankan kualitas rumah susun. Setiap bangunan harus dikerjakan dengan memakai bahan bangunan berkualitas baik. Kusen pintu dan jendela harus berkualitas, tidak mudah dimakan rayap. Desain ruang prima, tidak mengecewakan pembeli.
Pemerintah pun seyogianya menjaga kegairahan membangun rusunami dengan ikut berperan menjaga likuiditas pengembang. Jangan sampai pengembang yang sudah berusaha keras dan beritikad baik membangun rusunami, terkena masalah kredit rusunnya macet. Ini hal sensitif yang perlu dijaga.
Rusunami adalah terobosan baru yang menarik. Kiranya perlu membuat tindakan cerdas lain agar masyarakat lebih gampang memiliki rumah. (ABUN SANDA/KOMPAS)
No comments:
Post a Comment