Monday, February 11, 2008

Ciptakan Model Bisnis Baru


Senin, 11 Februari 2008 | 03:06 WIB

Jakarta, Kompas - Bank Indonesia mengharapkan perbankan tidak hanya fokus menyalurkan kredit sebanyak-banyaknya ke usaha mikro dan kecil, tetapi juga menciptakan model bisnis baru. Hal itu dengan mengombinasikan unsur pembinaan dan pembiayaan agar usaha mikro dan kecil itu dapat berkesinambungan.

”Kami menginginkan bisa diciptakan business model baru untuk kredit kepada usaha mikro, kecil, dan, menengah. Kami akan memberikan apresiasi bila bank melakukan pembinaan pada nasabah UMKM. Kami melihat unsur konsumtif pada kredit dalam kategori UMKM porsinya masih besar,” kata Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad akhir pekan lalu di Jakarta.

Jika yang didorong hanya jumlah pemberian kredit ke UMKM, menurut Muliaman, perbankan akan cenderung menyalurkan untuk kegiatan konsumtif. Penyaluran kredit konsumtif lebih mudah dan kurang berisiko ketimbang untuk modal kerja dan investasi. Kredit UMKM yang tergolong konsumtif antara lain, kredit untuk pembelian barang elektronik, kendaraan bermotor, dan properti.

Jumlah kredit UMKM yang tergolong konsumtif mencapai separuh dari total kredit UMKM. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, porsi UMKM konsumtif cenderung meningkat.

Oleh karena itu, bank diwajibkan membina pelaku usaha produktif di suatu wilayah yang progresif atau sektor tertentu yang berpotensi, tetapi belum dikembangkan secara baik. Selain itu, BI akan menetapkan rasio atau porsi kredit UMKM yang bersifat produktif terhadap total kredit perbankan.

Selanjutnya, bank diharapkan menciptakan model bisnis pembinaan dan pembiayaan kelompok UMKM bersama pihak lain sehingga terbentuk lingkungan bisnis yang membuat UMKM berkembang berkesinambungan.

Direktur Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, selama ini pengembangan UMKM cenderung pada pemberian kredit. Padahal masalah utama adalah bagaimana para wirausahawan baru ini bisa berusaha dengan baik. ”Pembinaan usaha sebenarnya jauh lebih menentukan gagal atau berhasilnya seorang wirausahawan daripada kredit yang diberikan,” katanya.

Terbukti selama puluhan tahun sudah banyak diciptakan kredit program, atau subsidi, tetapi pengembangan UMKM Indonesia tetap kurang berhasil dibandingkan dengan negara lain.

”Di Bank Mandiri kami bekerja sama dengan berbagai pihak yang kompeten agar wirausahawan yang kami biayai tak menghabiskan uangnya ke arah yang salah, tapi ke arah produktif dan terbina secara terus-menerus,” katanya.

Ekonom BRI Djoko Retnadi mengatakan, ada sejumlah model bisnis pengembangan UMKM yang bisa dikembangkan di Indonesia. Salah satunya adalah yang diterapkan Grameen Bank Pakistan. ”Bank dapat membina UMKM, khususnya yang dilakoni wanita, dengan memberikan kredit tanpa agunan tambahan sehingga dapat menjangkau UMKM sebanyak-banyaknya,” katanya.

Untuk model bisnis yang lebih modern, bank dapat melakukan program penerusan (linkage program) dengan lembaga keuangan mikro, seperti koperasi simpan pinjam atau bank kredit desa. ”Untuk mendukungnya, bank wajib menyalurkan kredit UMKM produktif 20-40 persen dari total kredit,” kata Djoko.

Stabilitas keuangan

Terkait wacana memisahkan fungsi pengawasan bank dari BI, Deputi Gubernur BI Budi Mulya menjelaskan, saat ini sudah terbentuk Forum Stabilitas Keuangan. BI bersama-sama Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan berkoordinasi memitigasi risiko-risiko yang muncul di sektor keuangan.

Menurut Budi, mekanisme itu efektif untuk menciptakan stabilitas di pasar keuangan. Wacana pemisahan fungsi pengawasan bank dari BI muncul agar BI lebih fokus mengawasi persoalan moneter dan mengurangi moral hazard. (FAJ)

 

No comments: