Monday, July 2, 2007

BI Menilai Kinerja Bank BUMN Belum Optimal
Terjadi Tarik-menarik Nasabah dan Saling Bertarung


Jakarta, Kompas - Bank Indonesia menilai, kinerja bank-bank berstatus badan usaha milik negara belum optimal, dilihat antara lain dari tingkat efisiensi, pertumbuhan kredit, fokus usaha, dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik. BI meminta bank-bank BUMN segera memperbaiki kinerja mereka.

"Salah satu yang harus dilakukan bank BUMN ialah penyelesaian kredit bermasalah," kata Deputi Gubernur BI Muliaman D Hadad akhir pekan lalu di Jakarta.

Menurut Muliaman, jika kredit bermasalah tidak lagi membebani, maka ekspansi kredit bank BUMN bisa lebih fleksibel. Dampaknya, pertumbuhan kredit dan tingkat efisiensi bank BUMN akan lebih tinggi. Hal lainnya adalah perbaikan tata kelola perusahaan dan perbaikan keterampilan bankir-bankir BUMN. Perbaikan dari segi ini akan berdampak pada meningkatnya efisiensi dan pertumbuhan kredit, serta ketepatan memilih fokus usaha. Menurut Muliaman, bank BUMN kalah efisien dibandingkan dengan bank asing maupun bank swasta.

Muliaman juga mengatakan, pertumbuhan kredit bank BUMN dalam empat tahun terakhir tergolong rendah. Bahkan, secara nominal lebih kecil dibandingkan beberapa bank swasta.

"Segmen pasar juga tidak fokus dan sering kali terjadi overlapping sesama bank BUMN," kata Muliaman. Sesama bank BUMN sering terjadi tarik-menarik nasabah. Bank BUMN saling bertarung pada segmen yang tidak jauh berbeda.

Berdasarkan data BI, pada tahun 2002 posisi kredit bank BUMN mencapai Rp 150,63 triliun. Pada tahun 2003 naik menjadi Rp 177,14 triliun, tahun 2004 Rp 222,86, dan tahun 2005 Rp 256,41 triliun. Pada tahun 2006, posisi bank BUMN telah mencapai Rp 287,91 triliun dan per April 2007 menjadi Rp 285,79 triliun.

Terkait dengan penerapan kebijakan kepemilikan tunggal pada bank BUMN, Muliaman menjelaskan ada tiga pilihan, yakni merger, membentuk induk perusahaan, atau pemerintah mengurangi kepemilikannya.

Deputi Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi Kementerian Negara BUMN Mahmuddin Yassin mengatakan bahwa pihaknya terus mengkaji opsi terbaik yang akan dipilih. Menurut dia, pemerintah akan memutuskan pilihan paling lambat tahun 2008. (FAJ)

No comments: