Laba Kotor Bank Permata Naik 41 Persen
Jakarta, Kompas - Memasuki semester II-2007, pertumbuhan likuiditas perbankan masih tetap lebih cepat dibandingkan penyaluran kredit. Itu tercermin dari penempatan di Sertifikat Bank Indonesia atau SBI yang masih saja terus meningkat. Kendati demikian, porsi asing di SBI menunjukkan kecenderungan menurun.
Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Budi Mulya akhir pekan lalu di Jakarta menjelaskan, posisi SBI per pekan ketiga Juli 2007 sebesar Rp 273,5 triliun, meningkat dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar Rp 268,4 triliun.
Namun, porsi kepemilikan asing di SBI turun dari 14 persen atau Rp 37,5 triliun pada pekan kedua Juli 2007 menjadi 12,8 persen atau Rp 35 triliun pada pekan ketiga Juli 2007.
Menurut Budi, hingga kini likuiditas dana global masih mengalir ke negara-negara emerging market termasuk Indonesia.
"Namun, penurunan dan kenaikan porsi asing di aset-aset keuangan rupiah merupakan hal biasa dalam pengaturan portofolio aset keuangan dalam menyikapi perkembangan pasar global yang dinamis," jelas Budi.
Seiring turunnya suku bunga acuan atau BI Rate, investor asing cenderung mengurangi portofolionya di SBI dan mengalihkannya ke saham. Terbukti indeks saham di Bursa Efek Jakarta terus meningkat.
Dana di SUN
Adapun penempatan dana asing di Surat Utang Negara (SUN) saat ini cenderung stabil. Dana milik asing di SUN saat ini mencapai sekitar Rp 81 triliun, tidak jauh berbeda dengan bulan sebelumnya.
Ekonom Bank Rakyat Indonesia (BRI), Djoko Retnadi, mengatakan, asing semakin tidak tertarik dengan SBI karena imbal hasilnya semakin turun.
"Dana asing pindah ke pasar modal, namun dana dalam rupiah tetap saja masuk ke sistem perbankan. Ini menjelaskan mengapa porsi asing di SBI turun tetapi jumlah SBI-nya secara total tetap naik," jelas Djoko.
Menurut Djoko, laju penyaluran kredit memang belum secepat pertumbuhan likuiditas. "Perbankan tidak dapat melempar dananya begitu saja ke kredit," kata Djoko.
Budi Mulya berharap proyek infrastruktur bisa bergulir lebih cepat sehingga penyaluran kredit akan melonjak. BI optimistis pertumbuhan kredit tahun ini akan mencapai 18 persen.
Ekonom BNI, Tony Prasetiantono, menjelaskan, porsi asing di SBI turun karena ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika dan Eropa, dalam rangka mengantisipasi kenaikan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak yang kini mencapai 77 dollar AS per barrel.
Sementara, suku bunga SBI semakin rendah. "Namun, penurunan suku bunga SBI tampaknya akan tertahan di level 8,25 persen karena BI harus menjaga kurs rupiah agar tidak mengalami depresiasi lebih lanjut," ujarnya.
Berdasarkan data BI, pertumbuhan kredit selama Januari-Mei 2007 hanya sekitar Rp 32 triliun. Padahal, target tahun 2007 sekitar Rp 180 triliun.
Kredit yang telah disetujui namun belum ditarik (undisbursed loan) cukup besar mencapai Rp 172 triliun atau 20 persen dari total kredit
Sementara itu, Bank Permata mencatat laba kotor (sebelum dikurangi pajak) per Juni 2007 sebesar Rp 289 miliar, naik 41 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 204 miliar.
Adapun laba bersih (setelah dikurangi pajak) mencapai Rp 198 miliar, tumbuh 39 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 143 miliar.
Direktur Utama Bank Permata Stewart D Hall mengatakan, total pinjaman yang disalurkan (gross) mencapai Rp 25 triliun atau meningkat 12 persen dibanding periode yang sama 2006. (faj)
No comments:
Post a Comment