Monday, July 30, 2007

Perbaiki Mesin Sepatu



Nike Memperpanjang Kontrak hingga 24 Bulan

Jakarta, Kompas - Demi menjaga mutu agar bisa bersaing di pasar internasional, maka restrukturisasi mesin sepatu berteknologi modern perlu dilakukan. Apalagi, industri sepatu merupakan sektor unggulan yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan dapat menyediakan lapangan kerja.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan, "Dari total anggota Aprisindo sebanyak 200 perusahaan, ada 70 perusahaan sepatu yang kondisi mesinnya sudah tua."

Menurut Eddy, investasi awal industri sepatu dimulai pada tahun 1987. Selama 20 tahun, belum ada pembaruan dalam industri mesin sepatu.

Jika restrukturisasi mesin sepatu dapat dilakukan, ditargetkan akan ada peningkatan produksi 20 persen dari nilai produksi saat ini sekitar 1,6 juta dollar AS per tahun.

Sekarang ini, ujar Eddy, industri sepatu cenderung untuk melakukan kegiatan ekspor meskipun marjin keuntungannya kecil. Industri sepatu umumnya masih banyak berkonsentrasi pada ekspor, dengan mengandalkan mesin-mesin dari Italia, Taiwan, Korea, dan Jepang.

Sama dengan TPT

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka Departemen Perindustrian Anshari Bukhari mengatakan, pemerintah memandang kondisi dan prospek industri alas kaki hampir sama dengan industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Kemungkinan masalah-masalah yang dihadapi industri alas kaki sama dengan industri TPT.

Selama ini industri TPT sudah begitu gencar mengeluhkan kondisi sulitnya menghadapi persaingan pasar. Sementara, industri sepatu belum pernah mengeluh kepada pemerintah menyangkut permasalahan yang mereka hadapi.

"Kalau memang industri alas kaki memerlukan dukungan semacam restrukturisasi mesin seperti sedang dilakukan terhadap industri TPT, pemerintah siap membantu. Pemerintah hanya akan memprioritaskan industri sepatu kulit dan sepatu sport merek lokal. Bukan industri yang hanya berkonsentrasi menjahit sepatu merek-merek asing," ujar Anshari.

Pada dasarnya, lanjut Anshari, pemerintah ingin mekanismenya berjalan sebagai bisnis normal, misalnya industri bebas meningkatkan modal usahanya dengan meminjam kepada perbankan.

Namun, jika sistem kredit ini tidak berjalan baik, pemerintah akan turut memfasilitasi dan mendukung secara konkret.

Sementara itu, dari Semarang, Jawa Tengah, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno mengatakan, sudah ada kesepakatan antara Nike Inc dan PT Nasa dan PT HASI untuk memperpanjang kontrak pembuatan sepatu hingga 24 bulan (dua tahun) ke depan.

Namun, ujar Erman, masih terdapat sejumlah pembicaraan lanjutan tentang kelanjutan kontrak tersebut. (OSA/GAL)

No comments: