Pencitraan Indonesia Berada di Media Massa
Jakarta, Kompas - Pencitraan Indonesia sebagai negara yang penuh potensi berada di tangan jurnalis. Sayangnya, media massa sebagai kekuatan yang mampu merintis perubahan belum bisa sepenuhnya terlepas dari berbagai kepentingan. Akibatnya, berbagai fakta yang terekspos justru merusak citra Indonesia di mata internasional.
Refleksi jurnalis sebagai penggerak perubahan bangsa itu terungkap dalam halalbihalal dan sarasehan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) yang diselenggarakan Veloxxe Consulting di Jakarta Media Center, Jumat (26/10) malam. Lebih dari 100 wartawan terlibat dalam dialog yang menampilkan pembicara Primus Dorimulu dari Investor Daily, Titin Rosmasari (Trans7), Siane Indriani (Global TV), dan Arief Suditomo (RCTI), serta pengamat politik Sukardi Rinakit dan Daniel Sparingga. Hadir pula mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri.
Di awal diskusi, Sukardi mengungkapkan perumpamaan masa depan Indonesia jika sendi-sendi kebangsaan tak diperkuat, potensi bangsa tak digali maksimal, dan segala kebobrokan tak dibenahi. "Tahun 2025, China menjadi penguasa teknologi software, India penguasa hardware, sedang Indonesia nowhere," ujar Sukardi.
Daniel mengingatkan, citra Indonesia sebagai bangsa bermartabat bisa luntur karena wartawan mengutamakan pemberitaan bad news is a good news. Model pemberitaan ini, walau positif dan faktual, sering melupakan solusi untuk perubahan.
Titin menyatakan, martabat Indonesia kerap diremehkan karena rasa kebangsaan tak didasari fondasi yang kuat. (osa)
No comments:
Post a Comment