Transaksi Saham Jadi Lebih Mudah
Jumat (26/10) siang menjelang sore, Helen Anthonius, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kupang, Nusa Tenggara Timur, hendak membeli saham Bank BNI pada harga Rp 2.050 per saham.
Dia tinggal menekan-nekan tuts komputernya untuk memasukkan order beli. Segeralah terjadi transaksi pembelian itu dan tampak di layar komputer.
Saham Bank BNI dalam sekejap masuk ke dalam portofolio Helen karena pada saat yang tidak lama setelah dia memasukkan penawarannya, sudah ada pihak lain yang hendak menjual sahamnya dengan harga sama.
"Saya baru tiga bulan terakhir berinvestasi pada saham, sebelumnya tidak pernah sama sekali. Saya tertarik untuk bermain saham karena dengan sistem on line ini bisa dilakukan di mana saja," ujarnya dalam sambungan telepon ketika dilakukan demo transaksi melalui Indo Premier On line Trading (IPOT) oleh Indopremier Securities kemarin di Jakarta.
Bertransaksi saham semakin tidak terpengaruh oleh jarak dan waktu. Helen yang berada ribuan kilometer dari pusat finansial Jakarta dapat dengan mudah bertransaksi saham hanya dari depan komputernya.
Sebenarnya hal seperti ini sudah jamak dilakukan di negara Asia lain, seperti Malaysia, Singapura, bahkan China. Di negara tetangga itu, ibu-ibu rumah tangga dengan mudah dapat masuk ke dalam dunia investasi.
Teknologi telah mengubah banyak hal, termasuk kemudahan dalam bertransaksi saham. Saat ini semakin banyak perusahaan sekuritas yang memberikan kemudahan dengan layanan secara on line.
Tercatat beberapa di antaranya adalah Samuel Sekuritas, Sarijaya Sekuritas, E-trading, Philips Sekuritas, dan terakhir Indo Premier Securities.
Dalam perdagangan saham konvensional, para investor harus menelepon petugas di perusahaan anggota bursa terlebih dahulu untuk melakukan order jual atau beli saham.
Kendalanya, sering kali sambungan telepon tidak bisa dilakukan karena terlalu banyak penelepon. "Bayangkan saja, satu broker harus melayani 10 investor yang dalam waktu bersamaan menelepon. Ini tentunya tidak bisa dipegang semua oleh broker itu. Dengan demikian, masih ada waktu jeda sampai si investor bisa dilayani," kata Dirut Indo Premier Securities Alpino Kianjaya.
Ditambah lagi, ada kemungkinan kesalahan human error yang dilakukan oleh petugas penerima order jual atau beli. Tidak tertutup kemungkinan order membeli 30 lot saham Telkom misalnya, kedengaran menjadi membeli 300 lot saham Telkom.
Kecepatan dan kesalahan seperti ini dapat dikurangi jika nasabah bertransaksi secara on line dan dilakukan sendiri. Kesalahan order yang mungkin dilakukan nasabah akan ditanggung sendiri sehingga perselisihan antara nasabah dan penerima order dapat dikurangi.
Memang biasanya perusahaan sekuritas menyimpan rekaman percakapan transaksi dalam beberapa hari, tetapi hal ini tidak menjamin menjelaskan persoalan salah order oleh nasabah atau petugas.
Untuk bisa bertransaksi secara on line, seorang investor harus membuka rekening di Indo Premier. Setelah itu dia akan mendapatkan identitas pengguna (user id) dan kata sandi (password). Kemudian investor tersebut harus mengunduh sistem on line trading di komputer atau laptopnya.
Setelah itu, jika ingin melakukan transaksi, investor tinggal mengklik order jual atau order beli. Kemudian langsung masuk ke Jakarta Automatic Trading System (JATS) milik Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan akan mendapat nomor JATS.
Biaya transaksi
Jika pada order yang dilakukan belum ditemukan harga yang sesuai dengan yang ingin dibeli atau dijual, maka posisinya masih open. Jika sudah ada yang cocok, akan masuk ke basket trade done (transaksi selesai). Maka portofolio investor tersebut secara otomatis akan bertambah atau berkurang.
Saat membuka rekening di Indo Premier investor harus memberikan deposit awal Rp 20 juta berupa setoran uang tunai atau saham. Selanjutnya investor bisa bertransaksi dua kali lipat dari setoran awal.
Jika dalam waktu tiga hari setelah bertransaksi si investor belum bisa melunasi dana transaksi yang ditalangi terlebih dahulu oleh Indo Premier, maka investor hanya boleh bertransaksi sebesar dana awal yang diberikan.
Tarif biaya transaksi saham melalui IPOT 0,19 persen per nilai transaksi beli dan 0,29 persen per nilai transaksi jual. Investor juga harus membayar biaya Rp 30.000 per bulan ditambah PPN 10 persen untuk penggunaan aplikasi IPOT.
"Jika biaya transaksi yang harus dikeluarkan investor setiap bulan sudah di atas Rp 33.000, maka biaya penggunaan aplikasi bisa dibebaskan dari nasabah," kata Alpino.
Sejak dibangun sistem ini pada tahun 2005 oleh Indo Premier, sudah ada 200.000 nasabah baru yang sebelumnya tidak pernah bermain saham atau membuka rekening di broker manapun yang menyatakan tertarik.
"Mereka tertarik karena ini bisa dilakukan di mana saja oleh seluruh nasabah di Indonesia. Asal ada komputer atau laptop dan internet. Bahkan bisa juga lewat warnet," katanya. (TAV/JOE)
No comments:
Post a Comment