Friday, October 12, 2007

Ekonomi Bisa Tumbuh sampai 6,4 Persen


Pertumbuhan Tinggi Belum Menyerap Tenaga Kerja

Jakarta, Kompas - Pemerintah memperkirakan, ekonomi Indonesia pada triwulan III-2007 akan tumbuh pada kisaran 6,2-6,4 persen. Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi ditopang konsumsi masyarakat dan kinerja ekspor. Konsumsi meningkat, terutama karena faktor bulan Ramadhan dan Lebaran.

Kisaran pertumbuhan itu diumumkan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Departemen Keuangan, Kamis (11/10) di Jakarta.

Pertumbuhan itu bersumber dari meningkatnya laju konsumsi rumah tangga di posisi 4,79-4,86 persen atau lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, yakni di level 4,66 persen.

Komponen konsumsi yang berkontribusi yakni peningkatan belanja pemerintah. Di triwulan III diperkirakan akan tumbuh 3,58-3,87 persen atau nyaris sama dengan triwulan II yang mencapai 3,83 persen.

"Pertumbuhannya lebih baik dibanding triwulan sebelumnya karena trennya makin menguat. Kredit misalnya semakin baik. Lalu, investasi itu dari segi indikator pengajuan izin investasi sejak triwulan II meningkat. Biasanya makin cepat pada kuartal ketiga dan keempat," kata Menko Perekonomian Boediono.

Menurut Boediono, komponen konsumsi memberi dampak paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III karena bertepatan dengan hari-hari besar keagamaan. "Ini juga akan makin meningkat. Jadi dari sisi permintaan dan suplainya, kayaknya memang lebih baik," ujarnya.

Faktor musiman

Secara terpisah, Kepala BKF Anggito Abimanyu mengatakan, faktor musiman, yakni hari raya Idul Fitri dan bulan puasa, telah mendorong pertumbuhan konsumsi di masyarakat. "Penerimaan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dalam negeri di triwulan III mencapai 18 persen, meningkat dari 8 persen di triwulan sebelumnya. Ini mengindikasikan transaksi konsumsi di pasar domestik meningkat," ujarnya.

Komponen ekspor meningkat tipis, diperkirakan pada kisaran 9,82-9,87 persen dibanding pertumbuhan triwulan II yang mencapai 9,79 persen. Pendorong utamanya adalah ekspor nonmigas yang tumbuh 11,6 persen.

Anggito menyebutkan, faktor investasi juga ikut mendorong perekonomian dengan laju pertumbuhan mencapai 7,17-7,27 persen atau lebih baik dibanding triwulan II yang hanya 6,86 persen. Kondisi itu disebabkan adanya peningkatan impor barang modal di triwulan II yang mendorong kegiatan produksi di triwulan III.

Hasilnya terlihat di realisasi penanaman modal langsung, baik dalam negeri maupun asing, yang mencapai Rp 109,73 miliar hingga September. Artinya, ada pertumbuhan 110,9 persen dibanding periode yang sama tahun 2006.

"Penjualan semen tumbuh dari 7 persen menjadi 9,3 persen, diiringi pertumbuhan kredit konstruksi yang ikut menyumbang peningkatan kinerja investasi fisik. Dukungan perbankan sebagai salah satu sumber pembiayaan investasi terus meningkat, ditandai kenaikan LDR (rasio kredit terhadap dana pihak ketiga) menjadi 67,3 persen," ujar Anggito.

Belum cukup

Kepala Ekonom BNI A Tony Prasetiantono mengungkapkan, perkiraan pertumbuhan ekonomi dari pemerintah itu sudah lumayan tinggi. Namun, tidak cukup meredam pengangguran.

Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen untuk bisa menyerap pengangguran secara signifikan.

"Bahkan, China yang tumbuh 11,5 persen saja masih punya masalah pengangguran. Jadi, dengan tumbuh 6,2 persen belum mampu menyerap seluruh angkatan kerja baru, yang berarti masih tercipta pengangguran baru, menambah pengangguran lama yang jumlahnya sekitar 10,9 juta orang," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian tumbuh 6,3 persen pada triwulan II-2007 dibandingkan triwulan II-2006, dan tumbuh 2,4 persen dari triwulan sebelumnya. (OIN/TAV)

No comments: