Monday, October 15, 2007

Cadangan Devisa China 1,4 Triliun Dollar AS


Beijing, Jumat - Cadangan devisa China semakin kokoh terbesar di dunia dengan melampaui angka 1,43 triliun dollar Amerika Serikat pada akhir September. Angka tersebut, menurut laporan bank sentral China, Jumat pekan lalu, naik 45,1 persen dari setahun sebelumnya.

Berita tersebut muncul pada hari yang sama saat pemerintah menyatakan surplus perdagangan, sumber utama pertumbuhan cadangan devisa, mencapai 185,7 miliar dollar AS dalam sembilan bulan pertama, melampaui 177,5 miliar dollar AS untuk seluruh tahun lalu.

Cadangan devisa China yang melampaui Jepang di puncak dunia pada awal 2006 juga telah didorong oleh investasi langsung asing. Menurut kementerian perdagangan China, dalam sembilan bulan pertama 2007, investasi langsung asing naik 10,9 persen dari periode yang sama 2006 menjadi 47,2 miliar dollar AS.

Tambah lagi arus masuk dana spekulatif yang mengandalkan keuntungan investasi jangka pendek, yang dikenal dengan "uang panas", diyakini turut memberi kontribusi terhadap pembengkakan cadangan devisa meskipun angka pastinya sulit dikalkulasi.

"Uang panas merupakan jumlah yang sangat kecil," ungkap Shanghai Securities News dalam laporan baru-baru ini, mengutip Wang Guogang, seorang pakar keuangan di Chinese Academy of Social Sciences, sebuah lembaga pemikir utama pemerintah.

Peran kontrol

Wang, seperti dikutip surat kabar tersebut, mengatakan, kontrol kapital ketat China telah memainkan peran kunci dalam mencegah "sebaliknya yang tak terbayangkan" arus masuk kapital ke negara tersebut.

Setelah mengakumulasikan sejumlah besar uang ini, para pembuat kebijakan China dihadapkan pada tantangan untuk menemukan jalan yang benar untuk menginvestasikannya.

Sekitar 70 persen cadangan devisa pada umumnya diyakini disimpan dalam mata uang berdenominasi dollar AS, terutama obligasi Pemerintah AS.

Ini terbukti solusi yang kurang ideal karena tidak hanya keuntungan rendah atas utang pemerintah, tetapi juga melemahnya mata uang AS.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah akhir bulan lalu meluncurkan China Investment Corp yang ditugasi untuk menangani sekitar 200 miliar dollar AS cadangan devisa negara itu.

Perusahaan itu akan mencoba untuk memaksimalkan uang yang diperoleh via investasi jangka panjang "dalam lingkup risiko yang dapat diterima", menurut laporan sebelumnya di media negara itu.

Tindakan korporasi investasi itu dipantau ketat di seluruh dunia karena kemungkinan dampaknya besar terhadap pasar keuangan. (AFP/Antara/DIS)

No comments: