Friday, June 29, 2007

Induk Trans-Jawa Pacu Investasi
Subsidi Pendapatan Menolong Ruas "Kurus"

Jakarta, kompas - Pembentukan perusahaan induk (holding) jalan tol trans-Jawa diharapkan menarik minat investor untuk menanamkan modal di ruas tol tersebut sehingga pembangunannya lebih cepat. Beberapa ruas di tol trans-Jawa kini terancam gagal direalisasikan karena belum adanya kejelasan pendanaan.

Tiga ruas tol trans-Jawa yang hak pengelolaan jalan tolnya terancam dicabut bulan depan ialah Pejagan-Pemalang (57,50 km), Pemalang-Batang (39 km), dan Batang-Semarang (75 km).

Apabila hak pengelolaan jalan tol dicabut, pemerintah menender ulang ruas tol tersebut. Proses ini membutuhkan waktu lama, satu hingga dua tahun. Target pemerintah menghubungkan Jawa dengan jalan tol tahun 2009 pun terancam gagal.

"Dengan konsep pembentukan perusahaan induk tol trans-Jawa, maka tiga ruas tol itu tidak ditender ulang. Pemerintah akan memasukkannya dalam holding untuk kemudian ikut ditawarkan," kata Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Investasi Ekonomi Sumaryanto Widayatin, Kamis (28/6) di Jakarta.

Pembentukan perusahaan induk tol trans-Jawa ini telah disetujui dalam rapat koordinasi jalan tol yang dihadiri Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, dan Direktur Utama PT Jasa Marga, Jumat pekan lalu.

Perusahaan induk itu diharapkan menghimpun dana lebih besar dan lebih cepat dari investor sehingga jalan tol terbangun tanpa kucuran dana pemerintah.

"Holding ini nantinya dapat menghimpun dana bukan saja dari penerbitan saham langsung kepada investor, tetapi dimungkinkan pula dari penjualan saham melalui pasar modal," ujar Sumaryanto.

Direktur PT Jasa Marga Frans Sunito menandaskan juga yakin pembentukan perusahaan induk dapat mempercepat realisasi tol trans-Jawa. Alasannya, ketika investor berniat menanamkan modal, yang dilihat bukan ruas per ruas lagi, tetapi keseluruhan ruas trans-Jawa sebagai kesatuan.

"Jelas lebih baik bangun holding sebab diharapkan nantinya pendapatan dari ruas yang ’gemuk’ dapat menyubsidi biaya operasional ruas tol yang tidak terlalu ekonomis. Jika tidak, mana ada investor mau menanamkan modal di jalur ’kurus’ karena pengembalian modal lambat," kata Frans.

Lebih percaya

Menurut Sumaryanto, holding dengan kepemilikan mayoritas BUMN Jasa Marga ini diharapkan pula mampu menarik lebih besar minat investasi, terutama asing.

"Investor, apalagi investor asing, pastinya lebih percaya menanamkan uang pada trans-Jawa dengan adanya holding ini karena ada keterlibatan BUMN di dalamnya. Kan tidak mungkin pemerintah menipu investor asing dengan proyeknya sendiri," ujar Sumaryanto.

Dari sisi teknis, pembentukan perusahaan induk memungkinkan pengoperasian tol yang lebih efisien karena tidak perlu membangun gardu-gardu tol di pertemuan antar-ruas. Sebagai contoh, di Tol Jagorawi menuju Pondok Indah ada gerbang tol konektor di kawasan Taman Mini.

Selain itu, dimungkinkan pula terjadi efisiensi pengelolaan. Untuk ruas trans-Jawa nantinya hanya ada satu kantor manajemen. Tidak harus dibangun beberapa kantor manajemen. Kontrol perbankan untuk mengawasi jalannya proyek dan pengoperasian tol, dalam kaitannya dengan pengembalian kredit, pun lebih mudah karena hanya ditangani satu perusahaan.

Tol trans-Jawa dari Jakarta hingga Solo (yang akan ditangani holding untuk tahap awal) kini telah terbangun 108,8 km dari 506 km yang direncanakan. Setelah ruas Jakarta-Solo selesai, holding direncanakan mengurusi pembangunan tol ruas Solo-Surabaya atau Solo-Banyuwangi.

Ruas tol yang sudah dibangun terbagi dalam tiga ruas, yakni Jakarta-Cikampek (72,50 km), Palimanan-Kanci (28,80 km), dan Semarang Seksi A (7,50 km), yang seluruhnya dibangun dan dioperasikan Jasa Marga.

Tol trans-Jawa yang akan dibangun dalam waktu dekat adalah Kanci-Pejagan (34 km) oleh PT Semesta Marga Raya dengan biaya investasi Rp 2,09 triliun, kemudian Semarang-Solo (75,50 km) oleh PT Jasa Marga dengan biaya investasi Rp 6,135 triliun.

Ruas jalan tol lainnya yang menunggu pembangunan adalah Cikampek-Palimanan (116 km) dengan investasi dari negara tetangga, Malaysia. (RYO)

No comments: