Wednesday, June 6, 2007

Manufaktur Semakin Melemah
Pengangkutan Barang Melalui Laut dan Kereta Api Turun

Jakarta, Kompas - Nilai ekspor April 2007 dibandingkan dengan April 2006 meningkat 15,79 persen. Namun, peningkatan itu tetap ditopang naiknya nilai ekspor komoditas primer. Sebaliknya, ekspor produk industri manufaktur melemah. Di sisi lain, peningkatan impor paling pesat terjadi pada barang konsumsi.

Deputi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bidang Statistik Ekonomi Pietojo di Jakarta, Senin (4/6), mengumumkan, secara kumulatif, nilai ekspor Januari-April 2007 mencapai 34,55 miliar dollar AS, meningkat 14,82 persen dibandingkan nilai ekspor periode yang sama tahun 2006.

Meski demikian, nilai ekspor April 2007, yang tercatat 8,85 miliar dollar AS, turun 3,70 persen dibandingkan dengan nilai ekspor Maret 2007.

Penurunan nilai ekspor April lalu terjadi pada ekspor migas dan nonmigas. Nilai ekspor nonmigas turun 3,75 persen dari 7,64 miliar dollar AS pada Maret 2007 menjadi 7,35 miliar dollar AS pada April 2007.

Penurunan terbesar terjadi pada ekspor kelompok komoditas mesin/peralatan listrik, kelompok bijih, kerak, dan abu logam, serta kelompok pakaian jadi bukan rajutan.

Ekonom Faisal Basri menilai, penurunan pada kelompok komoditas tersebut menggambarkan kian melemahnya kinerja industri manufaktur di Indonesia.

"Peningkatan nilai ekspor paling besar terjadi pada kelompok lemak dan minyak hewan/nabati, termasuk minyak sawit mentah di dalamnya. Ini menggambarkan, peningkatan ekspor masih ditopang natural resources dan terdongkrak tingginya harga di pasar dunia," ujar Faisal.

Impor meningkat

Sementara itu, nilai impor April 2007 meningkat 3,86 persen menjadi 5,64 miliar dollar AS dari 5,44 miliar dollar AS pada Maret 2007. Secara kumulatif, nilai impor Januari-April 2007 mencapai 21,03 miliar dollar AS, meningkat 16,13 persen dibandingkan dengan nilai impor pada periode yang sama tahun 2006, yakni 18,11 miliar dollar AS.

Peningkatan impor juga didongkrak oleh impor migas. Pada periode Januari-April 2007, impor migas meningkat 9,38 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006. Pada periode yang sama, impor nonmigas meningkat 18,81 persen dibandingkan Januari-April 2007.

Meskipun secara kumulatif meningkat, impor sejumlah komoditas pada April 2007 turun dibandingkan dengan impor Maret 2007. Penurunan terjadi pada impor serealia, mesin dan perlengkapan listrik, bahan kimia organik, kapas, kendaraan dan bagiannya, barang dari besi dan baja, serta gula dan kembang gula.

Berdasarkan golongan penggunaan barang, kenaikan impor paling besar terjadi untuk barang- barang konsumsi. Selama Januari-April 2007, impor barang konsumsi meningkat 34,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006.

Impor bahan baku atau penolong dan barang modal pada periode Januari-April 2007 juga meningkat masing-masing sebesar 16,36 persen dan 5,46 persen. Peranan impor barang konsumsi terhadap total impor pada periode Januari-April 2007 pun meningkat menjadi 9,64 persen dari 8,34 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara peranan impor barang modal terhadap total impor pada periode yang sama justru turun dari 15,66 persen menjadi 14,22 persen.

Peranan bahan baku/penolong terhadap total impor nyaris tak bergerak, tercatat hanya beringsut menjadi 76,14 persen pada Januari-April 2007 dibandingkan dengan 76,00 persen pada periode yang sama tahun lalu.

"Menurunnya peranan impor barang modal terhadap total impor dan naiknya peranan impor barang konsumsi itu sekali lagi menggambarkan industri manufaktur melemah," ujar Faisal.

Data BPS juga menunjukkan, pada periode Januari-April 2007, jumlah barang yang diangkut melalui laut turun 12,39 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006.

Pada periode yang sama, jumlah barang yang diangkut dengan kereta api juga turun 3,78 persen dibandingkan dengan periode yang sama

No comments: