Friday, June 22, 2007

Paket Kebijakan
Inpres Pemberdayaan UMKM

Masih Ditanggapi secara Sinis

Jakarta, Kompas - Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Suryadharma Ali mengatakan, Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah cenderung ditanggapi oleh pers dan pengamat secara sinis.

Realisasi inpres ini dinilai sangat jauh dari targetnya. "Penerbitan inpres ini sebetulnya menunjukkan keinginan keras dan komitmen pemerintah untuk bekerja keras agar masalah yang dihadapi koperasi dan UMKM bisa diatasi," kata Suryadharma dalam pembukaan orientasi wartawan yang bertajuk "Pendalaman Kebijakan Kementerian Koperasi dan UKM" di Jakarta, Kamis (21/6).

Sejak dulu hingga sekarang permasalahan UMKM dinilai sama saja, yakni menyangkut permodalan, sumber daya manusia, teknologi, manajemen, pemasaran, dan kemitraan.

Persoalan itu tetap muncul karena populasi pengusaha UMKM sangat besar. Juga, terjadi kondisi fluktuatif yang membuat UMKM tidak bisa bergerak.

"Idealnya, usaha mikro harus tumbuh menjadi usaha kecil, lalu usaha kecil menjadi menengah, dan kemudian usaha menengah menjadi besar. UMKM kita saat ini baru bisa sampai tahapan bertahan," ujarnya.

Penyebabnya, keterbatasan dana pemerintah untuk melakukan pemberdayaan UMKM secara besar-besaran.

Selain itu, pertumbuhan penduduk yang lebih kurang 1,3 persen per tahun. Akibat ketidakseimbangan jumlah pembukaan lapangan kerja baru, timbullah pengangguran baru.

Riset HSBC

Hasil riset The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) yang dilakukan AC Nielsen pada triwulan I tahun 2007 yang dipublikasikan di Jakarta, kemarin, terungkap pengusaha UKM Indonesia paling optimistis mengembangkan usaha dibandingkan dengan UKM dari delapan negara lain di Asia.

"Sebanyak 64 persen dari 209 pengusaha UKM Indonesia menyatakan niat untuk menambah investasi pengembangan bisnis. Optimisme ini sangat baik. Sementara sebanyak 44 persen pengusaha UKM Indonesia berencana menambah tenaga kerja pada tahun ini," ujar Andre S Sudjono, Senior Vice President Business Banking HSBC.

Optimisme untuk mengembangkan usaha itu diikuti China (59 persen), Australia (45 persen), Singapura (44 persen), dan Malaysia (44 persen).

Adapun rencana merekrut tenaga kerja paling diminati UKM China (57 persen), diikuti Indonesia (44 persen) dan India (43 persen). Survei UKM HSBC dilakukan di sembilan negara: Hongkong, Singapura, Taiwan, Korea, India, Malaysia, Australia, Indonesia, dan China. Sebanyak 1.800 UKM telah disurvei.

"Sikap optimis UKM Indonesia sangat baik sebab UKM merupakan barometer dari kesehatan ekonomi suatu negara. UKM juga penyedia lapangan kerja terbesar dari suatu negara," kata Kuresh Faizullabhoy, Head of Commercial Banking HSBC. (OSA/RYO)

No comments: