Monday, June 25, 2007

Interelasi Pasar Modal dan Sektor Riil

Lin Che Wei dan Pramayanti Meitisari


Indikator kinerja pasar modal Indonesia berbeda dengan kondisi ekonomi sektor riil. Banyak yang mengharapkan terjadinya transfer kinerja pasar modal ke sektor riil. Hambatannya, adanya pandangan parsial dalam pengelolaan pasar modal dan sektor riil.

Pertumbuhan indeks saham Indonesia dan besarnya permintaan investor dalam tiap penawaran saham perdana menunjukkan pasar modal Indonesia memiliki prospek yang sangat baik. Pada sisi lain, dampak perkembangan pasar modal ke sektor riil masih terbatas. Mengapa kinerja indeks pasar modal yang meningkat tersebut tidak diikuti peningkatan kondisi perekonomian di sektor riil?

Ada baiknya kita membandingkan pasar modal Indonesia dengan pasar modal negara lain dengan menggunakan pendekatan penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, korporasi menjadi pihak yang memasok sekuritas (surat berharga) ke pasar modal. Di sisi permintaan, investor sebagai pemilik dana menjadi pembeli sekuritas pasar modal. Kedua pihak melakukan kegiatan transaksi di pasar modal dengan motivasi ekonomi, memperoleh hasil dengan risiko tertentu.

Sisi suplai

Sebagai perbandingan, pasar modal China saat ini berkembang dengan kinerja tinggi. Transaksi pasar modalnya dilakukan di tiga pasar, yaitu pasar modal Shanghai, Shenzhen, dan Hongkong. Shanghai dan Shenzhen didirikan tahun 1990-an sehingga dapat dikatakan relatif muda. Pasar modal China dikembangkan dengan konsep dinamis agar dapat menyerap berbagai kepentingan ekonomi. Pasar modal China mengizinkan emiten menerbitkan sekuritas dalam mata uang berbeda, yaitu yuan China, dollar AS, dan dollar Hongkong.

Hal menarik untuk diperhatikan dalam perkembangan pasar modal China ini adalah interaksi antara pertumbuhan sektor riil dan kinerja pasar modal. Peningkatan indeks pasar modal China dapat menstimulasi penambahan jumlah emiten baru. Emiten tertarik untuk masuk ke bursa karena pasar modal mampu memberikan ekspektasi premium keuntungan tinggi yang diperoleh dari perbedaan harga pasar pada saat book building dan nilai nominal sekuritas. Premium keuntungan yang tinggi ini selanjutnya semakin menarik emiten baru lainnya. Pada tabel menunjukkan persentase jumlah perusahaan yang baru masuk bursa dan yang sudah terdaftar di pasar modal China minimal lima persen.

Pertumbuhan jumlah emiten di pasar modal menjadi variabel yang mewakili pertumbuhan ekonomi China yang tinggi. Bertambahnya jumlah emiten baru di pasar modal China dapat dikatakan dipengaruhi tingginya kebutuhan korporasi terhadap modal untuk mendanai pertumbuhan bisnis di sektor riil. Pertumbuhan ekonomi China yang tinggi merupakan cerminan pertumbuhan pendapatan nasional agregat yang meningkatkan permintaan barang dan jasa. Pengaruhnya, korporasi sebagai produsen di sektor riil memerlukan ekspansi usaha dan terbukanya kesempatan usaha baru.

Peningkatan indeks harga saham di pasar modal Indonesia saat ini seharusnya dapat menarik emiten baru. Kenyataannya, proporsi emiten baru rata-rata tahun 2003-2006 hanya sekitar dua persen. Rendahnya proporsi emiten baru ini dapat disebabkan adanya keraguan korporasi terhadap fluktuasi harga penawaran sekuritas dan keterbatasan alokasi dana yang diperoleh.

Probabilitas fluktuasi harga penawaran yang tinggi dapat menjadi penghambat penawaran sekuritas ke pasar modal bagi sebagian korporasi. Korporasi lainnya yang mempunyai harga penawaran lebih meyakinkan, menghadapi keterbatasan peluang investasi di sektor riil dalam menggunakan dana yang diperoleh. Pertumbuhan ekonomi yang rendah memengaruhi pendapatan nasional dan menjadi parameter permintaan barang dan jasa di sektor riil. Dalam kondisi seperti ini, pengelolaan bisnis tidak mendapatkan stimulasi untuk melakukan ekspansi usaha.

Sisi permintaan

Dari sisi permintaan, perkembangan pesat pasar modal China terjadi karena banyaknya jumlah investor, baik institusi maupun individu. Perkembangan jumlah investor distimulasi oleh meningkatnya harga sekuritas yang memberi harapan kenaikan tingkat hasil yang dapat diharapkan. Menariknya, kini terdapat sekitar 95 juta rekening yang terlibat dalam aktivitas pasar modal Shanghai dan Shenzen. Lebih dari 30 juta di antaranya milik investor individu. Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan hanya sekitar 40 persen dari 1,3 miliar total penduduk yang tinggal di perkotaan dan mempunyai akses ke pasar modal.

Transaksi harian di pasar modal China cukup tinggi. Walaupun ada peringatan kemungkinan gelembung (bubble), pasar modal China sudah jadi pilihan investasi bagi masyarakatnya.

Tingginya keterlibatan masyarakat dalam pasar modal China dapat memberikan kontribusi peningkatan ekonomi sektor riil. Pengaruh ini diperoleh melalui efek berantai (multiplier effect) kegiatan konsumsi yang dilakukan sejumlah besar individu dan institusi yang memperoleh benefit dari transaksi di bursa.

Bertambahnya permintaan barang dan jasa dalam perekonomian menstimulasi kegiatan produksi dan menciptakan peluang ekspansi usaha di sektor riil. Siklus proses ekonomi berikutnya adalah terciptanya kebutuhan dana untuk membiayai kegiatan investasi sektor riil. Sebaliknya, sektor riil memberikan stimulasi bagi investor pemilik dana dan investor yang membutuhkan dana untuk terlibat dalam pasar modal.

Pertumbuhan indeks pasar modal Indonesia semestinya dapat menarik minat investor domestik. Yang terjadi, porsi investor luar negeri dalam volume transaksi mencapai 40 persen. Dalam porsi tersebut, benefit pertumbuhan indeks di pasar sekunder sebenarnya dinikmati perekonomian di tempat asal investor.

Benefit dari transaksi pasar sekunder dapat diperoleh perekonomian nasional dengan meningkatkan jumlah investor domestik. Semakin banyak investor domestik, semakin besar benefit ke dalam negeri. Begitu juga, semakin luas domisili investor akan dapat mengalokasikan benefit pasar sekunder ke wilayah perekonomian yang lebih luas.

Strategi pengembangan pasar modal China sejak awal sudah mengarahkan kebijakan untuk menarik keterlibatan masyarakat luas ke dalam pasar modal. Sejumlah kebijakan, seperti kemudahan membuka rekening, telah dilakukan, yang memberi kemudahan bagi masyarakat luas melakukan transaksi di bursa.

Pasar modal China juga berkembang karena pengelolaan yang terintegrasi. Integrasi ini dapat dilihat dengan dibentuknya enam gugus tugas yang terdiri atas sejumlah menteri untuk mengimplementasikan strategi penyehatan pasar modal China. Telah dilakukan penanganan yang serius terhadap peningkatan tata kelola perusahaan (corporate governance), restrukturisasi perusahaan sekuritas yang bermasalah, keberanian menyelesaikan permasalahan saham-saham perusahaan negara yang tidak aktif, promosi investasi di pasar modal, dan mencabut larangan investasi langsung di pasar modal oleh bank dan dana pensiun. Pemerintah China juga memperketat hukum atas pelanggaran di pasar modal dan memberikan akses lebih luas kepada perusahaan negara untuk masuk ke pasar modal.

Pasar modal Indonesia dapat diharapkan menjadi katalisator dan memberi kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi sektor riil. Namun, pasar modal tidak dapat berdiri sendiri sebagai pasar yang eksklusif dalam suatu sistem perekonomian. Pasar modal membutuhkan lingkungan yang mendukung karena merupakan bagian yang terintegrasi dari seluruh pasar dalam perekonomian.

Patokan (benchmark) yang dapat diambil dari perkembangan pasar modal China adalah adanya strategi terintegrasi yang melibatkan berbagai bidang pemerintahan, akses ke pasar modal yang mudah dan luas, juga pendidikan pasar modal yang mencakup banyak lapisan masyarakat di kedua sisi, permintaan dan penawaran yang diharapkan mendukung pertumbuhan sektor riil.

Lin Che Wei Dirut PT Danareksa

Pramayanti Meitisari Pelatih mengenai Pasar Modal pada Danareksa Training Center

No comments: