Wednesday, June 13, 2007

Putin Mengecam WTO
Kelompok G-8 Dianggap sebagai Kekuatan yang Sudah Usang

saint petersburg, minggu - Presiden Rusia Vladimir Putin, Minggu (10/6), mengecam dan menyebut Organisasi Perdagangan Dunia "kuno, tidak demokratis, dan tidak fleksibel". Padahal, beberapa menteri Rusia tengah berunding dengan Eropa dan Amerika Serikat tentang keinginan Rusia bergabung dengan WTO.

Dalam pandangan Putin, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan proses perundingan di Doha, atau kerap disebut Putaran Doha, tidak lagi sesuai dengan situasi di zaman sekarang. Di hadapan para pelaku usaha dan para pemimpin negara-negara pecahan Uni Soviet, Putin juga mengajak mereka untuk membentuk "organisasi perdagangan bebas kawasan regional Eurasia" dengan mengambil contoh pengalaman WTO. Kecaman Putin itu diutarakannya ketika berbicara di Forum Ekonomi Internasional.

Organisasi perdagangan bebas di Eurasia—usulan Putin—itu adalah organisasi perdagangan dunia alternatif WTO yang diharapkan akan bisa lebih mengembangkan perekonomian dan bisa memberi pengaruh terhadap mata uang regional. "Proteksionisme yang selama ini selalu dilawan WTO justru dilakukan negara maju yang membentuk WTO," kata Putin di pertemuan itu.

Selain mengecam WTO, Putin juga menuding proses perundingan Putaran Doha yang kini mandek jelas menunjukkan WTO sedang mengalami kesulitan. "Metode-metode pengambilan keputusan dengan cara yang kuno kini tidak lagi bisa digunakan dan terbukti gagal," ujarnya.

Putaran Doha berulang kali telah menemui rintangan dan mandek sejak lahir enam tahun yang lalu di Doha. Masalah yang kerap muncul, mayoritas karena terjadi percekcokan antara negara kaya dan negara miskin mengenai upaya mengurangi rintangan-rintangan perdagangan di sektor pertanian dan perkebunan.

Putin juga menyebutkan, pada saat ini pasar finansial global berkembang hanya di seputar "satu atau dua" mata uang (atau dalam hal ini yang dimaksud Putin adalah euro dan dollar AS). Selain itu, fluktuasi dua mata uang itu juga memberikan pengaruh tidak baik terhadap perekonomian dan kondisi finansial banyak negara.

"Hanya ada satu solusi untuk masalah ini, yakni menciptakan mata uang lain di dunia dan juga harus ada pembentukan beberapa pusat finansial," kata Putin.

Hingga saat ini Rusia menjadi satu-satunya negara dengan perekonomian maju yang masih belum menjadi anggota WTO. Sampai saat ini sudah ada 150 negara yang menjadi anggota WTO yang lantas menjadi penyusun aturan dan ketentuan dalam perdagangan global.

Untuk bisa bergabung, sebelumnya Rusia harus bisa meraih kesepakatan dengan mantan salah satu negara Uni Soviet, Georgia, yang memprotes sikap Rusia yang memperkuat hubungan dengan dua provinsi pecahan Georgia.

Meski secara formal Uni Eropa telah mendukung keinginan Rusia untuk bergabung dengan WTO, berbagai persoalan, seperti akses investor asing untuk masuk ke sektor energi Rusia yang mulai berkembang pesat, justru menghambat upaya Rusia agar bisa masuk WTO. Karena itu, Rusia kemudian memanfaatkan ajang Forum Ekonomi Internasional untuk membahas masalah ini.

Untuk meyakinkan bahwa Rusia memenuhi kriteria untuk masuk ke WTO, Putin bersama dengan Sergei Ivanov, pejabat yang diyakini akan menjadi pengganti Putin, berusaha meyakinkan para pelaku usaha dunia bahwa Rusia telah bersikap terbuka pada investasi dan meningkatkan upaya integrasi dengan ekonomi dunia.

"Saat ini kami telah membuka kesempatan investor asing untuk masuk ke dalam sektor pembangkit tenaga listrik. Kami juga saat ini sedang menciptakan suasana kompetisi pasar. Biasanya investor asing masuk ke sektor seperti infrastruktur, telekomunikasi, dan energi," kata Putin.

Kecam IMF dan Bank Dunia

Selain mengecam WTO, Putin juga dengan keras menuding Kelompok Delapan Negara (G-8) sebagai kelompok yang sudah ketinggalan zaman dan gagal membuktikan atau menunjukkan adanya perubahan kekuatan ekonomi dari negara-negara industri di barat ke negara berkembang. Organisasi finansial, seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, juga terkena kecaman Putin.

Menurut dia, kedua lembaga itu diciptakan dalam realitas yang berbeda dan telah kehilangan hubungan dengan ekonomi global yang saat ini berkembang pesat. Perkembangan ekonomi saat ini tengah membaik sehingga Rusia mampu melunasi utang luar negeri. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

No comments: