Sunday, August 12, 2007

Kaum Miskin

Saat Ditinggalkan...

Sudah jatuh tertimpa tangga. Tampaknya, pepatah itu tepat menggambarkan bagaimana kondisi kaum miskin, terutama di Asia, saat ini.

Masih susah bangkit dari lapisan terbawah ekonomi, bencana datang menghancurkan harapan mereka. Alam yang tidak lagi ramah akibat perbuatan manusia melahap lahan pertanian tempat mereka menggantungkan hidup. Mereka menghadapi kemungkinan kenaikan harga bahan makanan, yang semakin menyulitkan mereka bertahan hidup.

Lebih parah lagi, mereka ditinggalkan pemerintahnya. Pemerintah di beberapa negara yang tergolong korup lebih memihak kepada pengusaha yang menghasilkan banyak uang. Kebijakan pemerintah tidak lagi berpihak kepada kaum papa. Kaum miskin dan tidak berpendidikan menjadi semakin terpinggirkan.

Dampak yang lebih luas, perjuangan menghapuskan kemiskinan yang menimpa lebih dari 600 juta warga Asia akan semakin berat. Meski kawasan ini dikatakan akan menikmati 42 persen produk domestik bruto global pada tahun 2015, Asia masih menjadi rumah bagi separuh warga miskin dunia.

Dari laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang dirilis di Beijing beberapa hari lalu, jurang kesenjangan makin lebar antara daerah pedesaan yang miskin dan perkotaan yang makin sejahtera. "Kita sedang melihat kesenjangan yang terus menanjak," kata Wakil Presiden ADB Lawrence Greenwood dalam sebuah pertemuan ADB di Manila.

Kesenjangan itu paling jelas terlihat di China dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan ekonomi. Pejabat-pejabat korup di China turut menyumbangkan besarnya kesenjangan ekonomi dan sosial antarmasyarakat.

Huru-hara

Meskipun Pemerintah China telah memberikan prioritas bagi kebutuhan masyarakat miskin, masih saja terjadi ribuan protes terkait dengan penggusuran lahan dan kesulitan ekonomi. "Kesenjangan yang tinggi akan menuntun pada gangguan dalam kohesi sosial. Akan terjadi demonstrasi yang menyebabkan perang sipil dan kekerasan," kata Ketua Tim Ekonomi ADB Ifzal Ali.

Hal yang sama terjadi di Nepal, di mana kesenjangan sosial yang begitu besar telah memicu huru-hara. Kelompok Madhesi, yang jumlahnya sepertiga dari 27 juta penduduk Nepal, menuntut perlakuan sama dengan penduduk Nepal lain dalam hal ekonomi, politik, dan sosial.

Selain China dan Nepal, beberapa negara yang dinilai ADB mengalami kesenjangan cukup parah di antara rakyatnya adalah India, Kamboja, dan Sri Lanka.

Kini, saat China, India, Nepal, dan beberapa negara lain di kawasan Asia tengah ditimpa bencana alam, kebijakan pemerintah harus diubah menjadi lebih berpihak kepada rakyat miskin. Pembangunan pertanian dan pedesaan akan memainkan peran penting dalam penghapusan kemiskinan dan kelaparan di seluruh Asia.

Pemerintah di Asia juga perlu memikirkan strategi baru untuk menghadapi berbagai persoalan krusial, seperti penurunan kemampuan memenuhi kebutuhan air, implikasi perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari petani miskin, dan risiko terkait dengan pertanian seperti fluktuasi cuaca dan harga. (fro)

No comments: