Tuesday, August 14, 2007

Soal Liberalisasi Modal

Tajuk / Kompas

Peringatan dari penerima Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz, mengenai perlunya kehati-hatian dalam meliberalisasi modal bukan hanya berlaku untuk Indonesia.

Sekarang ini dunia sedang merasakan akibat hal itu. Liberalisasi di pasar finansial global menimbulkan kepanikan. Hal itu bisa dilihat dari terus bergejolaknya pasar modal dan pasar uang di seluruh dunia.

Sejak lama memang dunia diingatkan untuk membatasi perdagangan terutama di pasar uang. Masalahnya, jumlah perdagangan yang terjadi di pasar uang sudah jauh di atas perdagangan komoditas yang seharusnya menjadi acuan dalam melakukan transaksi.

Namun, kenyataannya, uang sendiri yang sekarang ini menjadi komoditas. Bahkan, karena hasilnya yang jauh lebih tinggi, volumenya semakin meningkat. Orang baru tersadar akan sifat keserakahannya ketika seperti sekarang terjadi persoalan pada surat berharga berbasis kredit perumahan (subprime mortgage) di AS. Semua orang tidak tahu akan seberapa besar kemacetan yang terjadi pada kredit perumahan di AS itu. Bank terbesar Perancis, BNP Paribas, terpaksa menutup tiga unit pengumpul dana investasi untuk mencegah kerugian yang lebih besar dari investasi yang mereka lakukan.

Sekarang ini ibaratnya pasar finansial dilanda ketidakpastian. Untuk itu perlu ada pihak yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi agar tidak semakin timbul ketidakpastian tersebut.

Untuk itulah akhir pekan lalu kita melihat Presiden AS George W Bush tampil khusus untuk memberikan penjelasan tentang apa yang sedang terjadi pada perekonomian AS. Ia meminta semua pihak untuk tidak perlu panik karena secara fundamental tidak perlu ada yang dikhawatirkan dengan perekonomian AS.

Pelajaran yang bisa kita petik untuk diterapkan di sini adalah pentingnya membangun komunikasi. Kita tidak bisa taken for granted, seolah-olah masyarakat paham dengan sendirinya tentang apa yang sedang terjadi di negeri kita, termasuk dalam bidang ekonomi.

Imbas yang diakibatkan oleh gejolak yang terjadi di pasar finansial AS faktanya terjadi di sini. Kita bisa berdebat relevan atau tidak relevan mengaitkan apa yang terjadi di pasar finansial AS dengan apa yang terjadi di sini. Hanya saja, dampak psikologis nyatanya ada, karena informasi sekarang ini tidak lagi ada batasnya. Bahkan bukan hanya tidak ada batasnya, tetapi juga serentak, seketika, dan interaktif.

Inilah hal yang harus menjadi perhatian kita bersama. Jangan biarkan kita terkena imbas buruknya dari liberalisasi modal yang terjadi di dunia ini. Kita memang tidak mungkin menutup diri. Kita mau tidak mau harus menjadi bagian dari masyarakat global itu.

Yang harus kita upayakan bersama bagaimana kita bisa keluar dari situasi yang bisa memurukkan perekonomian bangsa ini. Kuncinya tidak bisa lain kecuali terus-menerus melakukan komunikasi dengan masyarakat. Terus-menerus memberikan edukasi kepada seluruh rakyat. Kita jelaskan di mana kondisi kita dan apa yang sedang kita lakukan serta apa yang harus dilakukan agar kita tidak hanya menjadi korban dari liberalisasi ini.

No comments: