Friday, August 10, 2007

Kompas-100, Ikon Baru BEJ

Andi Suruji

Melengkapi berbagai acuan investasi yang telah ada bagi investor dan pelaku pasar modal, Bursa Efek Jakarta akan meluncurkan satu lagi indeks harga saham, yang disebut Kompas-100. Peluncurannya dilakukan Jumat (10/8) ini, bertepatan dengan peringatan 30 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia.

Peluncuran indeks Kompas-100 ini tentu merupakan catatan penting bagi Kompas, juga pasar modal dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Inilah pertama kalinya BEJ dalam membuat indeks, bermitra dengan media. Indeks ini bahkan diharapkan menjadi ikon baru pasar modal Indonesia.

Indeks Kompas-100 akan memuat 100 saham yang dipilih melalui beberapa kriteria. Saham-saham yang terpilih, selain memiliki likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.

Saham-saham yang termasuk dalam Kompas-100 diperkirakan mewakili sekitar 70-80 persen dari total Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEJ. Dengan demikian, tentu dengan mencermati 100 saham saja, investor sudah bisa melihat kecenderungan arah pergerakan indeks. Akan tetapi, ini bisa saja berlawanan arah dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) maupun indeks lainnya.

"Kalau dilihat di belahan dunia lain, banyak media bermitra dengan bursa membikin indeks. Lalu kita mengapa tidak?" ujar Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta Erry Firmansyah.

Adapun pilihan BEJ jatuh kepada Kompas, ia mengatakan, pertimbangannya karena surat kabar ini dinilai memiliki reputasi yang bagus dan dibaca masyarakat secara luas.

"Harapan kami, dengan adanya indeks yang menggandeng Kompas, informasi pasar modal bisa menyebar lebih meluas lagi. Menggairahkan masyarakat untuk mengambil manfaat dari keberadaan BEJ, baik untuk investasi maupun mencari pendanaan bagi perusahaan dalam mengembangkan perekonomian nasional," kata Erry Firmansyah.

Adapun manfaat dari keberadaan indeks ini, yakni adanya acuan (benchmark) baru bagi investor untuk melihat ke arah mana pasar bergerak dan kinerja portofolio investasinya. Pelaku industri pasar modal juga akan memiliki acuan baru dalam menciptakan produk-produk inovasi yang berbasis indeks, misal mengacu pada indeks Kompas-100.

Menambah pilihan

Direktur Schroder Indonesia, Michael Tjoajadi menilai, diluncurkannya indeks Kompas-100 jelas akan menambah pilihan bagi manajer investasi untuk meluncurkan produk-produk baru. Ke depan, juga bisa menambah pilihan bagi pengelola pasar untuk mengembangkan pasar berjangka (futures market).

Manajer investasi pun bisa menerbitkan reksa dana saham yang portofolionya hanya saham-saham yang terdaftar dalam indeks Kompas-100.

BEJ memang telah memiliki banyak indeks. Selain IHSG yang memuat seluruh saham yang tercatat di BEJ, juga ada indeks sektoral. Indeks LQ-45 atau Jakarta Islamic Index yang memuat saham-saham perusahaan yang dalam operasionalnya dapat dikategorikan menerapkan prinsip-prinsip syariah.

Meskipun telah banyak jumlahnya, indeks tersebut dinilai belum juga dapat mengakomodasikan semua kepentingan dan kebutuhan pemodal maupun pelaku pasar lainnya. Indeks LQ-45 misalnya, dinilai sempit cakupannya karena hanya memuat 45 saham, walaupun ke-45 saham tersebut tergolong paling likuid atau paling sering diperdagangkan.

Ada pula yang terlalu luas cakupannya, misal IHSG karena seluruh 300-an saham, yang "tidur" tak diperdagangkan berbulan-bulan sekali pun, tetap dimasukkan dalam perhitungan indeks.

Indeks-indeks harga saham bursa terkemuka umumnya dibentuk dengan menggandeng nama surat kabar besar di negaranya. Di Wall Street, sebutan untuk bursa saham New York, Amerika Serikat, karena beralamat di jalan yang bernama Wall Street, salah satu indeksnya yang sangat terkenal adalah Dow Jones, penerbit surat kabar Wall Street Journal.

Indeksnya kemudian dinamakan Dow Jones Industrial Average (DJIA), yang memuat 30 saham unggulan atau blue chip. The DJIA yang diperkenalkan tahun 1896 oleh Charles H Dow kini seolah jadi ikon pasar modal seluruh dunia.

Begitu juga bursa saham London, Inggris, memiliki Financial Times Index, yang mengambil nama surat kabar ekonomi terkemuka Financial Times. Jepang pun demikian dengan indeks Nikkei yang dikelola surat kabar ekonomi bertiras paling besar di Jepang. Bursa saham Singapura juga menggunakan nama surat kabar Strait Times sebagai nama indeks harga saham.

Memang banyak manajemen bursa saham yang mengelola sendiri indeksnya. Namun, ada juga indeks yang dikelola oleh surat kabar yang menerbitkannya. Indeks Nikkei-225 misalnya, yang memuat 225 saham terbaik di Tokyo Stock Exchange, dikelola sendiri oleh koran Nihon Keizai Shimbun (Nikkei).

"Keabadian"

Di balik penggunaan namanya sebagai ikon pasar modal Indonesia, tentu terdapat pula tanggung jawab berat bagi Kompas. Sebagaimana eksistensinya dalam perekonomian suatu negara, bursa saham dengan segala macam indeksnya merupakan suatu tekad "keabadian" atau setidaknya keberlanjutan hidup untuk suatu jangka waktu yang sangat lama.

Spirit ini diharapkan memacu upaya perbaikan terus-menerus bagi pemilik dan seluruh jajaran pekerja Kompas, juga pengelola bursa saham untuk menggapai "keabadian" tersebut.

Kompas, selain nama surat kabar ini, juga berarti petunjuk arah. Sementara, angka 100 biasanya jadi acuan nilai untuk suatu pekerjaan yang sempurna, cerminan tingkat akurasi yang prima. Sebagai indeks harga saham, Kompas-100 tentu diharapkan menjadi petunjuk bagi investor dalam mencapai hasil investasi yang optimal.

No comments: