Komisi Keuangan DPR Soroti Kredit Perbankan
Jakarta, Kompas - Rendahnya dukungan kredit perbankan dalam mendorong investasi membuat Komisi XI DPR yang membidangi keuangan dan anggaran menyorotinya. Bank Indonesia diminta berusaha lebih keras mendorong perbankan agar semakin ekspansif dalam membiayai sektor riil.
"Sampai kapan dana masyarakat terus ditumpuk bank di SBI (Sertifikat Bank Indonesia)? Kami akan agendakan pembahasan khusus mengenai hal ini," tegas Ketua Komisi XI Awal Kusumah saat memimpin rapat kerja dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Deputi Gubernur BI Muliaman D Hadad di Jakarta, Selasa (28/8).
Anggota Komisi XI, Melchias Markus Mekeng, mempertanyakan kucuran kredit perbankan ke sektor riil yang semakin sulit karena terus berinvestasi di SBI. "Ada pilihan investasi ke obligasi korporasi, tetapi itu tidak bisa diandalkan untuk menyerap dana berlebih di perbankan karena jumlahnya kecil," katanya.
Penempatan dana di SBI per 16 Agustus 2007 mencapai Rp 282,47 triliun, sedangkan realisasi kredit pada Januari-Juli 2007 hanya tumbuh Rp 81,58 triliun, jauh di bawah target tahun ini Rp 185 triliun. Sementara itu, Kustodian Sentral Efek Indonesia menyebutkan, total obligasi korporasi per Maret 2007 sebesar Rp 63,32 triliun.
Wakil Ketua Komisi XI Olly Dondokambey mengkritik perbankan yang tidak kunjung menurunkan suku bunga pinjaman dari posisi saat ini, rata-rata 14 persen. "Apakah BI tidak memiliki instrumen untuk memperbaiki kondisi ini?" ujar Olly.
Deputi Gubernur BI Muliaman D Hadad menolak anggapan bahwa suku bunga pinjaman belum turun. Sudah ada bank yang menawarkan suku bunga pinjaman 9 persen. "Memang, kredit yang tidak diserap masih mencapai 20 persen, artinya dari plafon 100, misalnya, hanya 80 yang diambil. Nilainya mencapai Rp 150 triliun- Rp 160 triliun. Kami berupaya angka ini terus berkurang," katanya.
Terkait suku bunga simpanan yang lebih rendah, Muliaman mengatakan, hal itu disebabkan besarnya kelebihan likuiditas perbankan. Akibatnya, perbankan menawarkan suku bunga simpanan yang tidak menarik bagi nasabah karena memang sedang tidak memerlukan dana.
Perbankan bisa membeli surat berharga atau memberi kredit ke sektor riil, namun masih ada risiko usaha tertentu sehingga perbankan memilih SBI. (OIN)
No comments:
Post a Comment