Thursday, August 9, 2007

Warga Kaya Makin Kaya


Korupsi Perburuk Ketimpangan di Asia, Kohesi Sosial Terancam

Beijing, Rabu - Kesenjangan pendapatan meningkat di hampir seluruh negara Asia. Hal itu membuat prospek pertumbuhan agak suram karena ketimpangan berpotensi meningkatkan ketegangan sosial. Kohesi sosial pun makin sulit. Demikian laporan Bank Pembangunan Asia, Rabu (8/8) di Beijing, China.

Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan, globalisasi turut berperan memperlebar kesenjangan karena globalisasi berpihak pada warga berpendidikan baik. Namun, hal itu bukan berarti Asia harus menolak globalisasi, tetapi meluncurkan kebijakan yang akan mengatasi kesenjangan yang bertujuan membuat pendapatan supaya lebih merata.

"Peningkatan kesenjangan yang terjadi di Asia sekarang memperlihatkan sebuah bahaya laten dan jelas terhadap pertumbuhan berkesinambungan di Asia," kata Ifzal Ali, Ketua Tim Ekonomi ADB, di Beijing.

Kesenjangan paling parah terjadi di Nepal dan China, yang keadaannya mirip dengan di Amerika Latin, di mana kesenjangan paling parah di dunia.

ADB menyatakan bahwa peran pejabat pemerintahan China turut memperlebar kesenjangan. Dengan keberpihakan pejabat korup China pada pengusaha, penggusuran kaum papa membuat ketimpangan makin lebar.

Di India, kesenjangan tidak seburuk di Nepal dan China. Meski demikian, di India si kaya makin kaya dan si miskin makin keteter juga. India malah menjadi contoh yang lebih jelas soal dampak negatif globalisasi terhadap kesenjangan. Pekerja yang fasih berbahasa Inggris, andal soal teknologi informasi, meraih pendapatan yang meningkat, sementara pekerja tidak terampil mengalami stagnasi pendapatan.

"Peningkatan kesenjangan antara jebolan universitas dan yang tidak berpendidikan adalah faktor utama di balik kesenjangan," demikian laporan ADB berjudul "Key Indicators 2007" itu.

Peran negara

ADB menyatakan, untuk mencegah berlanjutnya ketimpangan, peran negara sangat diharapkan. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang memberi kesempatan kepada sebanyak mungkin warga agar kecipratan hasil pembangunan. Ini penting untuk mencegah penumpukan kekayaan pada warga kaya.

Untuk membantu kaum papa, demikian ADB, pemerintah harus memperbaiki infrastruktur pertanian, akses pada pelayanan kesehatan. Juga penting agar negara memfokuskan perhatian pada pemberian pendidikan dasar ketimbang pendidikan universitas.

Dikatakan, ada bahaya penumpukan pendapatan terhadap kohesi sosial. Hal ini juga membahayakan kebijakan yang lebih berpihak pada pertumbuhan.

Jika kebijakan seperti itu tidak dijalankan, akan muncul tekanan politik yang menuntut pemerataan pendapatan, mulai dari cara protes damai hingga protes massal sebagaimana terjadi di Nepal.

Kamboja, Sri Lanka, Banglades, dan Laos juga mengalami ketimpangan yang makin lebar dalam 15 tahun terakhir.

Posisi Indonesia relatif lebih baik soal ketimpangan itu dibandingkan dengan negara lain di Asia. Namun, data ketimpangan Indonesia yang dihitung ADB itu masih berdasarkan data sepanjang 1993-2003 sehingga gambaran nyata hingga tahun 2007 tidak didapatkan.

Meski demikian, laporan Merrill Lynch dan Cap Gemini, juga pada 2007, menyatakan, warga kaya Indonesia yang memiliki kekayaan bersih di atas sejuta dollar AS juga bertambah. (AFP/AP/REUTERS/MON)

No comments: