Monday, August 13, 2007

Pasar Keuangan Masih Bergejolak


IMF: Keadaan Dapat Dikendalikan

Jakarta, Kompas - Redanya gejolak pasar finansial global belakangan ini belum dapat dipastikan waktunya. Angka-angka indikator perekonomian Amerika Serikat yang akan keluar dalam beberapa pekan ini diharapkan memberi harapan baru sehingga dapat mengurangi kepanikan pelaku pasar dan tekanan pada pasar saham.

Walaupun bank-bank sentral telah mengucurkan dana ratusan miliar dollar AS hanya dalam dua hari pekan lalu ke pasar, langkah itu dinilai hanya dapat memberikan kestabilan sesaat.

Bank-bank sentral memompa dana ke pasar uang karena ketatnya likuiditas untuk pinjaman antarbank. Bank sentral Eropa (ECB) memompa sekitar 215 miliar dollar AS, sementara bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), mengucurkan 62 miliar dollar AS dalam dua hari. Bahkan, The Fed harus menginjeksi pasar tiga kali sehari, pada hari Jumat.

Kepanikan di pasar uang terjadi setelah bank terbesar Perancis, BNP Paribas, menyatakan menyetop operasi tiga unit fund (kumpulan dana investasi) miliknya yang merugi akibat berinvestasi pada surat berharga berbasis kredit perumahan (subprime mortgage) di AS. Mereka kesulitan menentukan nilai asetnya. Sebelumnya, bank-bank dan manajer investasi di Australia dan China dilaporkan merugi akibat investasi di surat berharga dengan basis aset kredit tersebut.

Ekonom senior pada Bank of America Gilles Moec mengatakan, isu besar di pasar adalah tidak seorang pun memiliki petunjuk berapa sebenarnya surat berharga dari kredit subprime yang dibeli orang asing. "Tidak jelasnya jumlah ini yang dibenci pasar, ketidakpastian," katanya.

Kucuran dana bank-bank sentral yang sangat masif itu belum pernah mereka lakukan secara serentak sejak terjadinya penyerangan 11 September 2001 yang meruntuhkan gedung kembar World Trade Center, New York. Selain menstabilkan pasar, tindakan tersebut juga menegaskan kekhawatiran investor bahwa ada ketakutan besar dari sekadar krisis di pasar kredit AS.

Situasi itulah yang merembet ke pasar saham karena investor menarik dananya untuk mengamankan investasinya dari risiko. Itulah yang membuat kondisi pasar saham juga anjlok cukup dalam di seluruh dunia. Namun, perdagangan saham pekan ini dinilai akan berusaha mencari keseimbangan baru. Data-data perekonomian AS yang disajikan dalam pekan mendatang seharusnya dapat menarik perhatian investor dari buruknya kredit perumahan di AS.

Pekan-pekan mendatang, angka penting indikator perekonomian AS, seperti tingkat inflasi, pengangguran, dan penjualan ritel diharapkan membaik sehingga memberikan sinyal positif kepada investor di pasar saham.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan, perekonomian global tidak akan tergelincir oleh gonjang-ganjing di pasar kredit perumahan yang telah memicu penurunan tajam di pasar saham AS, Eropa, dan Asia.

"Sementara situasi masih berkembang, kami terus yakin bahwa konsekuensi sistemik dari penilaian ulang risiko kredit akan dapat dikendalikan," kata juru bicara IMF, Masood Ahmed.

Ketidakpastian

Analis dari Commerzbank Andreas Huerkamp berpandangan yang lebih optimistis. Dia memperkirakan krisis ini akan segera berlalu. "Ada kesamaan kuat dengan krisis yang terjadi pada pertengahan 1990-an. Investor harus berani membeli saham pada saat seperti ini. Sejarah memperlihatkan, semua krisis ini akan dilupakan dalam waktu enam bulan dan pasar akan bergerak membaik lagi," katanya.

Banyak investor yakin bursa saham akan pulih karena sudah banyak saham murah. Perekonomian AS masih terlihat sehat dan tidak terlalu banyak indikasi masalah kredit perumahan berdampak jauh terhadap perekonomian. Keuntungan perusahaan pada kuartal kedua lebih baik.

"Penting bagi investor untuk tidak emosional menjual sahamnya sebelum segalanya menjadi buruk," ujar Tobias Levkovich, strategis dari Citigroup. (AFP/Dow Jones/Joe)

No comments: