Thursday, August 16, 2007

Laba Bank Belum Cerminkan Kinerja


Rasio Kredit Bermasalah 5,78 Persen

Jakarta, Kompas - Selama semester I-2007 pertumbuhan kredit perbankan belum optimal meskipun laba bank mencatat laba spektakuler. Ini menunjukkan pertumbuhan laba belum mencerminkan membaiknya kinerja bank.

Peningkatan laba selama semester I-2007 lebih didorong oleh faktor-faktor nonteknis yang bersifat temporer, seperti membesarnya marjin bunga bersih akibat penurunan suku bunga dan pembalikan dana pencadangan akibat mengecilnya kredit bermasalah (non performing loan/NPL).

Berdasarkan laporan Bank Indonesia, laba bersih perbankan nasional per Juni 2007 sebesar Rp 18,39 triliun, tumbuh 34,3 persen dibandingkan periode sama tahun 2006 senilai Rp 13,69 triliun.

Ekonom BRI Djoko Retnadi, Rabu (15/8) di Jakarta, menjelaskan, terdapat kecenderungan penurunan suku bunga dana lebih cepat dibandingkan suku bunga kredit.

Suku bunga kredit konsumsi misalnya hanya turun 73 basis poin, dari 17,64 persen pada Januari 2007 menjadi 16,91 persen pada Juni 2007.

Adapun suku bunga deposito berjangka satu bulan turun 118 basis poin dari 8,64 persen menjadi 7,46 persen. Kondisi tersebut tidak terlepas dari perilaku bankir yang ingin meraup untung besar.

Karena biaya dana turun drastis, sementara pendapatan bunga relatif tidak berubah, perbankan pun mencatat marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang cukup besar, 5,76 persen.

Pertumbuhan laba berlanjut

Menurut Djoko, beberapa bank besar juga mendapat tambahan laba dari pembalikan pencadangan NPL. Rasio NPL bersih (setelah dikurangi pencadangan) perbankan nasional per Juni 2007 sebesar 5,78 persen, turun jauh dibandingkan Juni 2006 sebesar 8,33 persen.

Ini membuat dana pencadangan yang telah disisihkan sebelumnya dapat ditarik kembali dan dimasukkan ke dalam pos pendapatan.

Ekonom BNI Tony Prasetiantono mengatakan, pertumbuhan laba juga dipicu oleh tingkat efisiensi bank yang semakin baik, terutama dalam menekan biaya dana.

Perbankan, terutama bank BUMN, saat ini agresif menghimpun dana murah dalam bentuk tabungan dan giro. Per Juni 2007, porsi dana murah mencapai 50,1 persen dari total dana pihak ketiga Rp 1.132 triliun.

Ini berarti pula, porsi dana murah telah melampaui porsi deposito yang merupakan dana mahal. "Bank-bank BUMN juga mulai bisa mengumpulkan pendapatan berbasis komisi, misalnya dari pendapatan kartu kredit dan jasa-jasa perbankan lainnya," katanya.

Tony memprediksi pertumbuhan laba akan terus berlanjut di semester II-2007. Djoko bahkan memprediksi laba perbankan bisa mencapai Rp 30 triliun lebih pada akhir tahun ini. (FAJ)

No comments: