Lambatnya pertumbuhan industri terjadi akibat kendala ekonomi dan non-ekonomi. Sementara arah kebijakan pemerintah belum mampu mendorong terciptanya industrialisasi. Berikut analisis Direktur Lembaga Studi Kebijakan Publik Centre for Local Government Reform (Celgor) Ichsanudin Noorsy.
---------
Mengapa target industri tak pernah tercapai?
Ada dua aspek yang membebani, yaitu ekonomi dan non-ekonomi. Aspek ekonomi, di antaranya margin keuntungan yang didapat industri sangat kecil akibat mekanisme pasar bebas, masuknya barang-barang impor yang murah dan perubahan kebijakan yang memusingkan investor.
Aspek non-ekonominya?
Infrastruktur yang tidak memadai, ketidakpastian hukum, biaya-biaya siluman yang masih saja terjadi, seperti untuk preman maupun aparat pemerintah. Dua hal itu menyebabkan pertumbuhan industri menjadi terhambat. Sebenarnya, dari dulu masalahnya itu-itu saja.
Bagaimana dengan kebijakan pemerintah?
Belum jelas, karena yang terjadi justru deindustrialisasi. Banyaknya permasalahan internal memicu munculnya transshipment, karena mereka lebih suka menjual barang dari luar negeri ketimbang memproduksi sendiri. Lalu muncul toll manufacture, yaitu ekspor bahan baku lebih menguntungkan dari pada memproduksi.
Apakah hadirnya UU Investasi akan membantu?
Itu justru yang bikin bingung investor. Di satu sisi banyak hal yang dibebaskan, namun di sisi lain kondisi di lapangan belum kondusif. Akibatnya, yang lebih mengedepan adalah perdagangan (trade). Itu menjawab kenapa ekspor kita bisa tinggi.
Apa yang terjadi jika terus seperti ini?
Tentu saja industri tak akan tumbuh, namun transaksi perdagangan akan tinggi. Itu juga mengindikasikan bahwa kepemimpinan negara menjadi rapuh. Yang memimpin selanjutnya adalah kepemimpinan swasta karena segala sesuatunya diperhitungkan secara transaksional. Akibatnya, kerja sama sosial masyarakat menjadi berkurang. (wir)
No comments:
Post a Comment